Bale Rumawat UNPAD, Saksi (Tidak) Bisu NoBar & Diskusi Film Dirty Election

adilnews | 31 May 2024, 03:23 am | 52 views

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo

Kampus UNPAD (Universitas Padjajaran) Bandung, mendapat kesempatan pertama sebagai Perguruan tinggi yg menyelenggarakan Acara NoBar (Nonton Bareng) & Diskusi Film “Dirty Election”, Kamis kemarin, 30/05/2024. Kampus yg mengambil nama dari Kerajaan Padjadjaran di Sunda yg dipimpin Prabu Siliwangi (Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maharaja) di Pakuan Padjadjaran pada tahun 1473-1513 M ini semarak dan audiens terlihat antusias dari penuhnya Ruangan Bale Rumawat di Jalan Dipatiukur tsb..

Meski bentuknya sudah Modern Theatrical Room, karena berbentuk Ruang Teater dgn Lantai berjenjang dan dilengkapi Multimedia Proyektor lengkap dgn Layar & Soundnya, ruangan yg diberi nama “Rumawat” itu disebut “Bale”. Kata ‘bale’ berasal dari kata ‘balai’ yg memiliki arti Sebuah tempat atau bangunan tempat berkumpulnya orang. Kata ‘balai’ pertama kali diperkenalkan penggunaannya di kawasan Asia Tenggara pada tahun 1841 hingga pertengahan abad 20 oleh Franz  Bobb.

Sedangkan nama “Rumawat” memang bermakna cukup sakral, karena berasal dari kata “Ruwat” yg dalam keratabasa daerah dapat diartikan “kudu bisa luRU lan bisa ngraWAT” yg bermakna harus bisa mencari dan merawat, misalnya soal Seni dan Budaya (Catatan: Ini Ruwat, bukan “Ruwet” sebagaimana ada salahsatu Animated-Sticker di WA yg populer, karena menggambarkan sosok yg lagi geleng2 kepala sambil berkata “Ruwet … Ruwet … Ruwet”).

Secara lebih detail, Ruwat adalah salah satu upacara dlm kebudayaan asli / kearifan lokal yg ditujukan utk membuang keburukan atau menyelamatkan sesuatu dari sebuah gangguan. Seseorang / sesuatu yg telah diruwat diharapkan mendapat keselamatan, kesehatan, dan ketenteraman kembali (Gangguan dalam hal ini dapat berupa banyak hal, seperti nasib buruk, terkena ilmu hitam, atau makhluk gaib). Sehingga pemilihan tempat Bale Rumawat di Kampus UNPAD Dipatiukur utk NoBar dan Diskusi Film Dirty Election bukan kebetulan semata.

Artinya diskusi “Membongkar Aktor Intelektual Kejahatan Pilpres 2024” kemarin selain sangat obyektif & komprehensif memang bisa juga disebut sarat dgn makna filosofis ketika dihubungkan dgn kata “ruwat” diatas. Karena kecurangan dan kejahatan Pemilu 2024 terbukti sangat buruk -bahkan disebut “terburuk dalam sejarah”- dan Indonesia harus diselamatkan agar tidak terjadi lagi di tahun2 mendatang. Jelas Film & Diskusinya murni ilmiah dan scientific, namun angka2 hasil Pemilu dari SIREKAP disebut2 ternyata Ghaib (ssperti Esemka), jadi cocok diRuwat.

Menghadirkan Pembicara2 kompeten spt Dr. Mei Susanto, SH MH (Ahli Tatanegara FH UNPAD, mewakili Prof Susi Dwi Harijanti, SH LLM PhD (PSKN FH UNPAD), Ted Hilbert (Yayasan YAKIN), Petrus Selestinus SH (TPDI, Perekat Nusantara), Dr. Ir. Leony Lidya (Pakar IT UNPAS / Univ Pasundan), Ir. Hairul Anas Suaidi Mahmud (Pakar Robot Pemilu), Ridho Anwari Aripin (BEM Kema UNPAD) dan Saya sendiri (Dr. KRMT Roy Suryo).Dimoderatori oleh Akhmad Akhyar ST dan dibuka oleh Ir. Akhmad Syarbini (APDI) dgn MC Adara berlangsung seru mulai pukul 10.30 WIB sampai 16.30 WIB

Keseruan acara makin bertambah dgn hadirnya Mak-mak Aktivis yg tidak kalah dgn Mahasiswa mempertanyakan berbagai kejanggalan Pemilu 2024 secara kritis disertai dgn bukti2 yg diperoleh dari pengalamannya di lapangan. Juga saran & masukan kongkret dari Alumnus2 Senior UNPAD & ITB yg hadir sangat memberi semangat acara, bahkan seringkali terdengar teriakan yel-yel penyemangat. Apalagi aktivis kawakan Andi Sahrandi turut memberikan support berupa Kaos bertulisan “Trias Corruptica: Legisla Thieves, Execu Thieves, Judica Thieves” berwarna Hitam dan Putih yg langsung digunakan oleh Panitia, Pembicara dan Pengunjung acara.

Slogan Trias Corruptica ini juga sangat sesuai dgn kepanjangan baru dari singkatan 2 Lembaga Judica Thieves tsb bagi rakyat, dimana sebelumnya sudah dikenal ada “Mahkamah Kakak”, maka sekarang ada juga “Mahkamah Adik”. Silakan digoogling saja kenapa bisa ada singkatan2 tsb agar publik terap kritis utk mencari berita yg benar, tidak (sengaja ?) mau ditutup dgn blow-up yg sangat lebay utk pemberitaan kasus lain di media2 pro-Rezim yg terus menerus hanya diulang2 utk menutupi kebobrokan kondisi saat ini yg “sudah sangat tidak baik2 saja” .

Oleh karenanya Bale Rumawat UNPAD bisa disebut sebagai “Saksi Tidak Bisu” acara kemarin karena dari dalam ruangan tsb terdengar teriakan2 penyemangat yg semoga memang benar2 bisa meRuwat bangsa ini yg selain ekonomi tambah berat, semakin dirasakan masyarakat sudah kehilangan arah akibat dikuasai oleh Rezim yg tidak lagi memiliki Etika bahkan banyak yg mengatakannya (maaf) bejat. Bagaimana tidak? Beban hidup yg sudah tdk ringan masih ditanbah dgn iuran wajib perumahan yg belum tentu diperlukan dan bahkan dikhawatirkan mengalami nasib yg sama spt kasus2 sebelumnya, alias hanya menjadi Jarahan Penjahat Koruptor yg sayangnya juga banyak yg terkait dgn keluarganya, sehingga aman-aman saja.

Kesimpulannya, setelah Bale Rumawat UNPAD, ditunggu Civitas Akademika dan Kampus2 lain utk jangan hanya menjadi Saksi Bisu dalam Penegakan Demokrasi kedepannya. Masih banyak kawah candradimuka di Republik ini yg biasanya berani berkata benar dan tidak gentar, misalnya (ini hanya contoh) UGM, UII, UIN di Jogja, Unair di Surabaya, UnAnd di Padang, UnHas di Makassar, UNJ di Jakarta dan ratusan kampus lain di Republik ini yg masih punya Hati Nurani utk berani memutar Film “Dirty Election” dan menyelengarakan Diskusi dgn tema “Membongkar Aktor Intelektual Pemilu 2024” atau sejenisnya ini. Jadi Saksi Tidak Bisu, Siapa takut …?*

Dr. KRMT Roy Suryo, Anggota APDI – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen.*

Berita Terkait