Pendidikan Tinggi Yang Komersial dan Liberal

adilnews | 21 May 2024, 11:34 am | 162 views

 

Oleh: Ir. KPH. Adipati Bagas Pujilaksono Widyakanigara in Hamengkunegara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Seniman/Budayawan

Perguruan Tinggi adalah Saka Guru sekaligus pilar/ fondasi bagi suatu Negara membangun peradaban bangsanya yang maju dan moderen.

Jadi, Pemimpin yang waras, jelas mendorong sebanyak mungkin rakyatnya untuk bisa mengenyam pindidikan tinggi yang berkualitas dengan biaya murah/terjangkau, syukur-syukur gratis.

*Saat ini, Pendidikan Tinggi di Indonesia amat sangat liberal dan komersial. Negara Pancasila, namun kehidupan berbangsa dan bernegara melebihi negara Mbah Buyutnya Kapitalis*.

Jadi, jangan jadikan alasan menaikkan UKT Perguruan Tinggi, dengan mengakatakan pendidikan tinggi itu sifatnya tersier. _Misleading!_

*Pemerintah jelas-jelas mengingkari tugas pokoknya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Rakyat dibikin tetap bodoh, agar kebodohannya bisa dijadikan dagangan politik lima tahunan, dan mudah tergoda dengan Bansos rasa Ban Nggembos*.

Masa depan bangsa dan negara sangat ditentukan kemajuan Perguruan Tinggi.

Saya selalu kritik keras Jokowi soal mahalnya biaya Pendidikan Tinggi di Indonesia.

Jokowi pernah bilang, bahwa lulusan Perguruan Tinggi Indonesia tidak siap pakai. Jokowi ngawur. Perguruan Tinggi tidak pernah mendidik sarjana siap pakai. Perguruan Tinggi mendidik mahasiswa menjadi sarjana yang siap beradaptasi dengan dunia kerja. Mempunyai spektrum yang lebar dan adaptif dengan dunia kerja. Sekali lagi, Jokowi ngawur!

Jelas, Jokowi tidak punya konsep tentang membangun Sistem Pendidikan Nasional termasuk Pendidikan Tinggi.

*Merdeka Belajar adalah bualan konyol yang pernah saya dengar. Bukan sebuah konsep, hanyalah sebuah jargon politik murahan, karena sebenarnya tidak ada hal yang baru*.

Sistem Pendidikan Nasional bobrok dan hancur.

Revolusi mental? Jokowi-lah yang harus direvolusi mentalnya pertama kali.

Cita-cita Bung Karno soal Negara Paripurna, adalah suatu kondisi yang harus memunuhi persyaratan mutlak, yaitu Kemandirian Bangsa. Dan untuk ini, saka guru dan fondasinya adalah Perguruan Tinggi.

Kemandirian Bangsa dibidang ESDM, Pangan, Iptek, Budaya, industri logam dan kimia dasar, konstruksi, permesinan, manufaktur, dll. Kuncinya, ada di Perguruan Tinggi.

*Ganjar-Mahfud benar, satu keluarga, satu sarjana. Itu artinya, Ganjar-Mahfud menempatkan Pendidikan Tinggi sebagai hal yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus sebagai solusi Pengentasan Kemiskinan*.

*Dari pada Makan Siang Gratis yang hanya jadi tahi, mending Kuliah Gratis, membangun peradaban bangsa yang maju dan moderen*.

Rakyat Miskin harus diberdayakan agar mandiri, lewat pendidikan tinggi, lapangan pekerjaan dan kesehatan. Jangan dijadikan dagangan politik!

Saya tidak mau bicara konsep Pendidikan Tinggi yang murah, berkualitas dan moderen di tulisan ini, takut dijplak, dan _diclaimed_ orang sebagai Karya Originalnya. *Terlalu sering saya dibodohi oleh Si Pinokio*.

Saya dukung Mahasiswa protes soal UKT Perguruan Tinggi Negeri yang supermahal.

Saat ini, Indonesia tidak sedang baik-baik saja: Demokrasi hancur lebur dan Pendidikan Tinggi bobrok. Merdeka!

Yogyakarta, 2024-05-19
BPW. Hamengkunegara

Berita Terkait