Petruk Rahiné Mbrontok (Kurap)

adilnews | 3 June 2025, 00:41 am | 38 views

Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D.
Universitas Gadjah Mada & Seniman/Budayawan Yogyakarta

Sekedar mengingatkan, Petruk adalah anak pujan dari Ki Lurah Bodronoyo alias Begawan Ismoyo alias Semar, dari tiga bersaudara yaitu Garèng, Petruk dan Bagong.

Pernah dikisahkan dalam lakon carangan, Petruk menjadi Raja di Pecuk Pecukilan, setelah berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimusodo milik Yudhistira.

Raja Petruk bergelar Prabu Petruk Kanthong Bolong alias Prabu Petruk Cocot Bosok.

Sebagai Raja, Petruk sangat korup dan perilakunya pembohong alias tukang ngibul.

Seantero Kerajaan Hastinapura tahu, Prabu Petruk Cocot Bosok adalah Raja Penipu. Léda-lédé, esuk dhelé sore bekicot.

Petruk adalah Raja lalim, haus kekuasaan, dan gila hormat. Minta tiga periode jabatan, walau sudah bertahta selama dua periode.

Selama berkuasa, tidak ada bekasnya, kalau Petruk anaknya Semar. Semar, Garèng, Petruk dan Bagong adalah gedibal alias abdi punokawan, yang sangat menjunjung tinggi tatakrama dan perilaku beretika dan bermoral.

*Gedibal yang berperan sentral, sebagai pamong bagi raja-raja besar*.

Abdi Punokawan tidak sama dengan Abdi Polowijan. Abdi Polowijan adalah Tumbal Kraton.

Faktanya, Raja Petruk telah nyingkur Pranatan dan ninggal Paugeran Agung. Nubras-nubras, mémbo-mémbo, laku dhedhemitan, ngumbar hardaning kanapson.

Ana Petruk dadi Raja. Kéré munggah balé. Milik nggéndhong lali, lali purwo duksino. Wirang mbebarang, wirangé dianggo mbarang.

Sebagai Raja, Prabu Petruk Cocot Bosok mengangkat permaisuri, yaitu Kanjeng Ratu Limbuk alias Kanjeng Ratu Èblèk Sepur penggemar Terong Brondong.

Tumbu oleh tutup. Keduanya, Petruk dan Limbuk, adalah penipu dan pembohong besar.

Pangeran Gabrul RaKathokan, Puteri Ketuyung Njebèmblèk, dan Pangeran Kuisong Panjelu adalah benih bangsat perusak Pecuk Pecukilan.

Haus kekuasaan, gila hormat, rakus/tamak/loba, pembohong, tidak punya malu (*rahi gedhèk, ndhas kebo lan kulit boyo*), tidak tahu diri, tidak tahu berbalas budi dan tidak pandai berterimakasih.

Dewata sudah berkehendak, kabèh-kabèh wus ginaris pepesthèn, pusaka Jamus Kalimusodo, kembali ke tangan Pangeran Yudhistira.

Prabu Petruk Kanthong Bolong terjungkal dari tahtanya.

Kucap kacarito, dosa-dosa Petruk selama berkuasa, digugat rakyat Pecuk Pecukilan, *termasuk dugaan ijazah palsu. Patut diduga!*.

Ijazah Asli atau Ijazah Palsu, tidak penting! Yang paling penting adalah apakah ada proses pidana dalam penerbitan ijazah tersebut? Mbuh ra ngerti! Takonno Universitas Gandhul Mayit.

Dadi Rektor 2.5 tahun, kualitas mbel gèdhès!

Pasca terjungkal dari tahtanya, Petruk dipressi berat menghadapi gugatan-gugan rakyat yang menjamur dimana-mana.

Ngundhuh wohing pakarti. Sopo nandhur, bakal ngundhuh. Karma!

Tiba-tiba, Petruk tampil tidak seperti biasanya yang sok bergaya jagoan, sok tenang, tebar-tebar senyum, dluwah-dluwèh koyo bayi édan, sok ahli strategi, sok pintar, padahal ijazahnya diduga palsu.

Semua ada batasnya. Umur manusia terbatas! Jangan pernah berfikir soal keabadian. Kita sedang berbondong-bondong menuju kehancuran. Terus berbuat kebaikan untuk sesama. That is the only thing we can do.

Petruk rahiné mbrontok (kurapen) dan rambutnya nggembring. Ada apa gerangan? *Gerang bongkrèk, prasat mung koyo debog kepanjingan iblis*.

Petruk sedang menuai karma atas dosa-dosanya selama berkuasa. *Mbah dukun nagih tumbal!*

Modara Truk Petruk, wis bosen weruh dhapurmu.

Uripmu ora bakal Husnul Khotimah. Titènanan! Setinggi-tinggi burung bangau terbang, kembali ke comberan juga.

Gawanen modar bandhamu, ra ono artiné. Hanya iman dan ibadah kemanusiaanmu yang menemanimu menghadap Tuhan.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, MulGenjik modar meninggalkan aib.

Merdeka!

Berita Terkait