Nasib Desain “Negara Rimba Nusa” di IKN bagaimana?

adilnews | 17 August 2024, 01:32 am | 153 views

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes

JAKARTA- Kemarin (16/08/2024) artikel saya yg berjudul _”Gagal Total, Patung Garuda IKN Kado 79 tahun RI ?”_ sangat viral & ramai menjadi pembicaraan di semua platform media karena telah membongkar semua ketidak-akuratan (baca: kesalahan fatal) patung yg dalam pemberitaannya menghabiskan beaya senilai Rp. 2 Trilyun (= 2000 Milyar rupiah) karya seniman NN yg sempat digembar-gemborkan diharapkan akan menjadi ikon kebanggaan IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara di Kalimantan Timur tsb.

Mengapa gagal total? Jelas, karena patung yg seharusnya mengambil konsep dari Lambang Negara resmi Indonesia Burung Garuda Pancasila karya Sultan Hamid II, Menteri zonder Porto Folio jaman RIS / Republik Indonesia Serikat, saat dibentuk Panitia Lambang Negara tgl 10/01/1950. Sebagai tambahan referensi, Panitia tsb juga beranggotakan Ki Hajar Dewantara, MA Pallaupessy, M Natsir & RM Ng Purbatjaraka. Sejak awal usulan desain ini Garuda ini sudah memegang Perisai yg berisi 5 (Lima / Panca) Sila & akhirnya ditambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua).

Sesuai pelajaran sekolah yg sudah diterima kita bahkan semenjak sekolah tingkat dasar, anak2 SD saja mengetahui bahwa Lambang negara Garuda Pancasila ini unsur2nya menggambarkan Tanggal Proklamasi Kemerdekaan sesuai teks yg dibacakan Soekarno-Hatta: “Hari ke-17, bulan ke-8 tahun-05” yg peringatannya ke-79 kita peringati hari ini, Sabtu 17/08/2024 (Dalam sejarahnya, Tahun-05 yg saat itu adalah tahun Showa-Jepang 2605, disesuaikan menjadi tahun Masehi 1945). Angka 17 diwujudkan dgn jumlah helai pada sayap, angka 8 jumlah helai pada ekor dan angka 45 menjadi jumlah helai pada leher kepala burung Garuda. Secara hukum, aturan ttg Lambang Negara inipun sudah diatur secara rinci dalam UU No 24 Th 2009 ttg Bendera, Bahasa & Lambang Negara, lengkap dgn Detail Gambar & Ukuran2nya.

Jadi ini sudah merupakan aturan baku yg tidak boleh dilanggar sedikitpun, bahwa setiap visualisasi dari Lambang Negara Garuda Pancasila harus didasarkan pada pakem 17-8-45 sesuai UU diatas, tidak boleh tidak. Demikian pula dgn konsep awal “Patung Garuda” yg dibuat oleh seniman NN ini pada desain awalnya di Instagram pribadinya sbgmn disampaikannya sendiri kepada media pada hari Kamis 01/04/2021 lalu, dia sendiri juga mengatakan : “bulu-bulu pada masing-masing sayap Garuda akan berjumlah 17 helai, 8 helai pada bagian ekor, 19 helai pada pangkal ekor, serta 45 helai bulu pada bagian leher”.

Sekarang bagaimana hasil jadi atau realisasinya di IKN? Mostly kalau menurut pandangan mata masyarakat yg masih waras alias normal, yg tampak disana hanya masing2 terdiri atas 4 (empat) sudut lancip di masing2 “bentangan sayap”-nya, lalu artinya apa itu? Kemana angka 17-8-45 yg semestinya harus ada? Saya terusterang hampir tidak percaya bahwa seniman NN ini “kelupaan” atau salah desain dalam mewujudkan patungnya di IKN tsb, karena angka-angka diatas adalah hal yg sangat basic atau elementer alias tidak mungkin dilupakan oleh masyarakat Indonesia yg mengerti sejarah Lambang Negaranya sendiri.

Oleh karena hanya memiliki masing2 4 (empat) ujung lancip di tiap sayapnya dan saat ini desain baja yg dipasang berwarna hitam gelap (yg katanya besok2nya akan berubah warna menjadi hijau setelah teroksidasi), apalagi ditambah bagian kepala (?) yg tidak terlalu jelas karena posisi menunduk (malu), maka praktis mayoritas masyarakat menyebut patung tsb lebih mirip dgn spesies hewan jenis Microchiroptera (Kampret / Kalong / Kelelawarl, dibandingkan dgn hewan jenis Accipitridae Aquila (Elang / Rajawali, yg mirip karena memang hewan Garuda / Jatayu hanya ada dalam mitologi saja). Netizen juga banyak yg menyebut sebagai Rumah si Lord Voldemort, penyihir Jahat dalam serial Harry Porter karya JK Rowling saking gelap dan mistisnya dipandang.

Tetapi sebenarnya selain Patung yg gagal total mepresentasikan sebagai Lambang Negara Garuda Pancasila tsb justru ada hal lain yg sangat prinsip, yakni Konsep dasar desain IKN yg dulu sudah repot2 diselenggarakan sayembara desainnya dan terpilih pemenang2nya, kini ternyata hasil sayembara tsb tidak digunakan (?) dan malahan hanya dipakai konsep dari seniman NN juga. Publik tentu masih ingat dgn konsep yg sangat bagus bernama “Nagara Rimba Nusa” yg justru telah resmi memenangkan Sayembara Desain IKN 2019. Desain karya studio desain Urban+ inilah yg mengalahkan 755 desain lainnya, misalnya “The Infinite City” (Juara 2), “Kota Seribu Galur” (Juara 3), “Zamrud Khatulistiwa” (Harapan 1) & “Benua Rakyat Nusantara” (Harapan 2).

Konsep Nagara Rimba Nusa memiliki arti pemerintahan (Nagara), hutan (Rimba) dan pulau (Nusa) yg mengusung filosofi Tri Hita Karana (Alam, Manusia, dan Tuhan) yg didalamnya terdapat elemen2 bangunan : Danau Pancasila, Plaza Bhinneka Tunggal Ika (Sila 1 Religi Nasional, Sila 2 Museum Peradaban Indonesia, Sila 3 Monumen Persatuan Indonesia, Sila 4 Plaza Demokrasi & Sila 5 Transit & pasar rakyat). Selain itu ada elemen Trias Politika dgn axis pemerintahan yg sejajar, yakni legislatif & yudikatif kiri dan kanan) serta Istana Negara (tengah) yg merangkul. Kalau ingat Kaos yg saya pakai dalam Video statemen kemarin (Trias Corruptica), tentu ini merupakan sarkas dari yg sudah berubah jadi Executhieves, Legislathieves & Yudicathieves di Wakanda.

Namun ironisnya desain pemenang IKN yg awalnya ada Patung Adi Budaya, galeri nasional, Istana Negara (Beranda Astana, Masjid Astana) bahkan dilengkapi hutan bakau, kebun botani, hutan restorasi, hutan lindung, hutan biomass, hutan alga, Kota Mangrove, Eco-Wisata Hutan Hujan Tropis, Eco Wisata Orang Utan dan dirancang oleh 10 (sepuluh) arsitek yg berasal dari empat negara (Indonesia, Hong Kong, Singapura & Malaysia), yakni Sofian Sibarani, Ardzuna Sinaga, Rahman Andra Wijaya, Vincentius Hermawan, Winarko Hadi Susilo, Tedy Murtedjo, Scott Christopher Dunn, Li Xiao Qing, Poh Seng Tiok & Jason David Zlotkowski ini tampaknya sudah tidak dipakai (?) & hanya diganti dgn karya seniman NN saja spt sekarang ini.

Kesimpulannya, sekarang masyarakat (harus terpaksa) maklum akan ketidaksesuaian antara desain Patung Garuda Pancasila yg gagah sebelumnya & hanya bisa diwujudkan dgn patung (kelelawar menunduk), karena bahkan desain utama awal IKN “Negara Rimba Nusa” yg jelas2 sudah memenangkan sayembara & mengalahkan 755 desain lainnya saja bisa (di) kalah (kan) oleh seniman NN dlm impelentasinya ini. Bahkan kalau mau diteliti lebih rinci lagi, hasil akhir Istana Garuda yg barusan dibangun inipun malahan sebenarnya sudah “kudet” alias kurang update juga, karena hanya terdapat 34 (tiga puluh empat) pilar didepannya yg dimaksudkan menunjukkan jumlah propinsi Indonesia. Padahal semenjak 2 tahun lalu saja, berdasar UU No 14,15,16 th 2022, jumlah Propinsi Indonesia kini sudah berjumlah 38 (tiga puluh delapan) alias ada 4 pilar yg kurang / lupa dibangun, Ambyar.

Meski Ambyar, Saya tetap semangat utk mengucapkan “Dirgahayu 79 tahun Republik Indonesia 1945-2024. Setelah Upacara Bendera, pagi hari ini, Sabtu 17/08/24 jam 10.00 WIB akan berziarah di Makam salahsatu Proklamator *Mohammad Hatta* di TPU Tanah Kusir bersama PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia).

Sesudahnya siangnya jam 14.00 WIB berziarah ke makam salahsatu Putri Proklamator Ir Soekarno, yakni *Rachmawati Soekarnoputri* di TPU Karet Bivak bersama rekan2 Aktivis Pro-Demokrasi.

* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen

Berita Terkait