Mencoba Memahami Pernyataan Prof. Sofian Efendi (Mantan Rektor UGM) Tentang Polemik Ijasah Jokowi

adilnews | 16 July 2025, 15:11 pm | 249 views

Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Seniman/Budayawan Yogyakarta

Saya punya kepentingan bicara soal dugaan ijazah S1 Jokowi palsu. Karena, nama UGM dibawa-bawa dalam persoalan ini dan sudah terlalu jauh. Salah satunya akibat ulah oknum dosen UGM begundalnya Jokowi.

Saya membela UGM, tidak ada urusan dengan Jokowi!

Beredar video pak Sofian Efendi (mantan Rektor UGM) bersama Rismon Sianipar, dll.

Ini linknya: https://www.youtube.com/live/Cbl0L5Ok2GA?si=yNe8stDTRHkg7wgP.

Harap maklum, pak Sofian sudah sepuh, sehingga penjelasannya kurang terstruktur, dan kurang runtut. Dan, ada hal yang pak Sofian tidak jelaskan, padahal ini sangat penting untuk memahami sistem pendidikan dan kurikulum di UGM di eranya Jokowi. Akan saya tambahi.

Saya tulis ulang pernyataan pak Sofian, yang ada di vedio itu, agar jelas dan mudah dipahami publik luas.

Seleksi Masuk UGM (pernyataan saya)
Semua anak lulusan SMA, termasuk era 80an, mendaftar ujian masuk UGM untuk program Sarjana (S1). Tidak ada lulusan SMA daftar masuk UGM jenjang Sarjana Muda.

Karena, masih ada evaluasi Sarjana Muda, terakhir di tahun 1986, bagi angkatan 1983 ke belakang mengalami tahapan evaluasi akademik, yaitu dua tahun pertama, Sarjana Muda dan Sarjana.

Batasnya angkatan 1984 (angkatan saya). Bagi angkatan 1984 kedepan, diberlakukan sistem pendidikan dan kurikulum baru, dimana evaluasi akademik hanya dua tahun pertama dan jenjang Sarjana (dua kali masa studi).

Pelaksanaan teknis evaluasi akademik di UGM, sangat humanis dan toleran, prinsip zero DO.

Namun banyak terjadi, hasil evaluasi akaremik dua tahun pertama, nilai buruk, IP dibawah dua, mahasiswa hanya bisa sampai jenjang Sarjana Muda.

Pernyataan Oak Sofian
Di video itu, pak Sofian eksplisit menyebutkan, bahwa pada tahap evaluasi dua tahun pertama, Jokowi IPnya dibawah dua. Oleh karena itu, Jokowi hanya bisa menempuh pendidikan hingga jenjang Sarjana Muda. Disebutkan juga, ijazah Jokowi adalah Sarjana Muda. Pak Sofian menyebutkan gelar akademiknya BA, keliru, seharusnya B.Sc.

Ini sesuai dengan KHS Jokowi, yang fotonya beredar luas, pilihan jenjang studi: Sarjana Muda.

Bagaimana dengan mahasiswa UGM, yang pada tahap evaluasi akademik dua tahun pertama IPnya di bawah dua, divonis berhenti di jenjang Sarjana Muda, ternyata setelah lulus jenjang Sarjana Muda, IP Sarjana Mudanya bagus? Apa bisa melanjutkan ke jenjang Sarjana? Saya tidak tahu! Hal ini saya sebutkan, karena terjadi pada Jokowi.

Pak Sofian secara eksplisit menyebutkan, tiba-tiba Jokowi mengajukan draft skripsi. Koq bisa? Bukannya Jokowi harus berhenti di jenjang Sarjana Muda? Apakah jenjang Sarjana Muda ada persyaratan skripsi? Setahu saya, hanya tulisan kecil, bukan skripsi.

Tiba-tiba Jokowi mengajukan draft skripsi. Pak Sofian menyebutkan soal skripsi Jokowi, yang data-datanya menyontek dari tulisan pak Sunardi (mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM). Terus dibawa ke Pasar Pramuka dibuat versi skripsi.

Pak Sofian menyebutkan, hal ini kejahatan besar. Saya sepakat!

Kata pak Sofian, draft skripsi Jokowi tidak pernah diuji, sehingga wajar, jika tidak ada tanda tangan para pembimbing di lembar pengesahan. Pernyataan pak Sofian terkonfirmasi dengan temuan Rismon Sianipar soal skripsi Jokowi.

Bagaimana dengan ijazah S1 Jokowi? Pak Sofian menyebutkan, Jokowi pernah meminjam ijazah S1 milik Hari Mulyono lewat kedua anak Hari Mulyono. Hari Mulyono menikah dengan adik Jokowi. Jadi, Hari Mulyono adalah adik ipar Jokowi.

Hari Mulyono adalah alumni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 (angkatannya Jokowi), berprestasi, dan lulus Sarjana dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Pada tahun 2018, Hari Mulyono meninggal. Jandanya Hari Mulyono menikah dengan paman Usman.

Mengapa Jokowi meminjam ijazah S1 Hari Mulyono? Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.

Pak Sofian menyebutkan, pak Kasmudjo adalah dosen UGM paling jujur. Apa maksud pak Sofian? Mungkin terkait bantahan pak Kasmudjo, kalau beliau adalah pembimbing skripsi dan/atau pembimbing akademik Jokowi. Apa implikasinya? Mungkin terkait laporan Rismon Sianipar ke Polda DIY, yang melaporkan Jokowi, yang diduga telah melakukan kebohongan publik, dan penyebaran berita bohong.

Drama politik Jokowi di UGM tahun 2017, pada acara reuni, eksplisit menyebutkan pak Kasmudjo adalah pembimbing skripsi.

Dibantah oleh pak Kasmudjo. Bahkan pak Kasmudjo tidak tahu sama sekali soal skripsi Jokowi.

Jokowi lalu meralat ucapannya, bahwa pak Kasmudjo adalah pembimbing akademik.

Dibantah juga oleh pak Kasmudjo. Kapokmu kapan!

Pernyataan-pernyataan pak Sofian Efendi harus diuji dan dikonfirmasi kebenarannya.

Jika pernyataan-pernyataan pak Sofian Efendi benar, hal-hal yang diargumentasikan Rismon Sianipar dkk dan Beathor Suryadi menjadi sangat masuk akal.

Yang saya tidak pernah paham, gelar akademik Jokowi dari Drs., tiba-tiba berubah jadi Ir. Opo tumon?

*Bagi saya, serpihan-serpihan informasi yang tersebar, yang mungkin belum tentu benar, bisa menjadi petunjuk arah kebenaran yang sesungguhnya*.

Salam hormat untuk pak Sofian Efendi, atas keberaniannya mengungkap banyak hal soal dugaan ijazah S1 Jokowi palsu. Risk taker! Disaat banyak orang memilih diam.

Tidak usah jadi penjilat, agar hidup dikatakan sukses. Tetap jujur, berintegritas dan berkomitmen, apapun resikonya, adalah kesuksesan luar biasa.

Merdeka!

Berita Terkait