Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes
Komomdo? Ya, tepatnya KomOmDo. Ini jelas bukan spesies Varanus komodoensis alias Biawak besar kebanggaan Indonesia yg kini dikonservasi & dilestarikan utamanya di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Tapi KomOmDo adalah Akronim / singkatan khusus dari “Komunikasi Omong Doank” alias omon-omon saja, dgn kata lain tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Termasuk dalam hal ini adalah janji-janji yg pernah disampaikan yg hanya “mak gedabrus” (Jw, Bohong saja) karena tidak pernah direalisasikannya.
Salah satu KomOmDo terbesar ini adalah janji utk Peresmian PDN (Pusat Data Nasional) yg -katanya- mau diresmikan bertepatan dgn Peringatan 79 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu 17 Agustus 2024, 3 (tiga) hari kedepan. Mengapa bisa dipastikan janji tsb pasti hanya Palsu atau tidak terealisir sebagaimana mestinya karena sudah jauh diluar dari perencanaan sebelumnya, apalagi malahan barusan kebocoran data terjadi lagi (yg menimpa 4,7 juta baris data BKN / Badan Kepegawaian Nasional).
Ketidaksesuaian dgn perencanaan ini sebenarnya BeTi (Beda Tipis) alias 11-12 dgn sudah rampungnya “Burung Garuda” yg menjadi background Istana Garuda di IKN / Ibu Kota Nusantara, dimana mostly orang melihatnya tidak menyebut Burung Garuda tetapi malah istilah2 yg lain: Kelelawar, Rumah Hantu sampai Istana Voldemort (penyihir di sekuel Harry Porter). Berbagai alasan dikemukakan oleh NN sang desainer Patung tsb, mulai dari soal Alasan Angin-lah, Oksidasi yg belum selesai, Sudah disetujui dsb, namun sekalilagi yg jelas mayoritas bentuk tsb dirasakan Aneh, Tidak patut & memboros2kan Beaya setelah jadinya hanya segitu saja.
PDN yg direncanakan Pemerintah inipun sama persis, digagas utk dibangun khusus mandiri di 4 Lokasi: Deltamas Cikarang, Nongsa Techpark Batam, Balikpapan/IKN dan Labuan Bajo Manggarai Barat dan kesemuanya dirancang mengikuti standar ISO 27001 bahkan Tier-4 utk sistemnya yg terdiri atas Main-system, Hot BackUp, Warm BackUp & Cold Backup, namun kenyataannya Nol Besar, mirip Garuda Menunduk (Malu) di IKN itu. Sebagai tambahan catatan, baru2 ini NN malah mengelak kalau Patung Hitam yg dibangunnya di IKN dgn Beaya Trilyunan itu adalah merepresentasikan Garuda Pancasila, lha berarti sama saja dia mengakui Gagal produk ?
“Kegagalan Produk” ini jelas sama persis dgn PDN yg mulai dibangun di akhir 2022 lalu di Cikarang itu, dimana sudah dianggarkan senilai Rp 2.7 Triliyun sumbangan Perancis dan direncanakan jadi akhir 2024 yad, namun (karena ada cawe-cawe atau memang mau CarMuk alias Cari Muka?) dimajukan peresmiannya menjadi besok saat Peringatan Ulang Tahun Proklamasi ke-79 itu. Akibatnya semua rencana jadi (di) berantakan semua, PDN yg tadinya mau dibangun malah akhirnya cuman menyewa sangat mahal senilai Rp 800 Milyar pertahun dari pihak lain (LintasArta & Telkom sigma).
Sikap “Grusa-grusu alias Kesusu” inilah yg menjadi Biang keladi Kebocoran Data terbesar dalam Sejarah yg pernah dialami Indonesia, dimana mulai dari DitJen Imigrasi yg macet sistemnya berhari2, disusul bocornya data2 INAFIS (Indonesian Automatically Fingeprint Identification System) lengkap dgn database Bioritmik, BPJS-Ketenagakerjaan, hingga Data internal BAIS-TNI (Badan Intelejen Strategis Tentara Nasional Indonesia). Sungguh sebuah kebodohan yg sangat terwelu (= terlalu) sebagaimana komentar Komisi-1 DPR-RI kepada Kemkominfo & BSSN (Badan Siber & Sandi Negara) waktu itu.
Ironisnya, jangankan mengaku salah secara terbuka ke masyarakat (meski sudah ada desakan masif di dunia nyata demo didepan Kantor Kemkominfo Merdeka Barat hingga Petisi yg digagas SafeNet di dunia maya), Menkominfo Budi Arie Setiadi tampak dgn sangat abai malah mengatakan kalau “belum ada bukti kebocoran data” (?). Statemen ini entah memang disadarinya atau tidak, sangat menunjukkan bagaimana rendahnya level literasi pejabat negara setingkat menteri saat ini, dimana seharusnya bertanggungjawab penuh thdp kasus kebodohan yg sangat memalukan tsb.
Minimal sebenarnya oknum2 yg sudah jelas terungkap lalai di Gedung Telkom Sigma di Lantai 2 Lakasantri Bukit Bali Surabaya (yg masih menggunakan password #Admin1234 hingga berbulan2 tanpa diganti) atau bahkan ada ex pegawai BSSN/Kominfo/Lintasarta berinitial “DPA” yg jelas2 “membocorkan” password tsb melalui Scribd di Internet bisa dipidana sesuai UU yg berlaku (UU No. 27/2022 ttg Perlindungan Data Pribadi, UU No 01/2024 revisi UU No 19/2016 atau UU No 11/2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik dan berbagai UU lainnya, termasuk KUHP).
Namun kalau oknum2 tsb (sengaja ?) dibiarkan saja tanpa ditindak, termasuk Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi selalu yg seharusnya bertanggungjawab tidak mengundurkan diri karena merasa bersalah samasekali (hanya membiarkan salahsatu DirJennya, Samuel Abrejani Pangerapan ex Dirjen Aptika) yg secara kesatria sudah mengundurkan diri, memang Nilai Moral dan Etika bangsa ini sudah jatuh ketitik nadir. Termasuk dalam hal ini adalah samasekali tidak merasa malu sudah dicemooh secara internasional melalui Hacker yg “suka rela” menyerahkan kunci Ransomware-nya di PDNs beberapa waktu lalu.
Kesimpulannya, disadari atau tidak, Patung besar di IKN yg ramai disebut2 oleh Netizen sebagai “Kelelawar Hitam” atau “Istana Voldemort” dalam posisi Menunduk (malu) itu justru menggambarkan bagaimana situasi saat ini. Karena orang2 yg seharusnya bersalah tidak ditindak samasekali, maka diwakilkan ke Patung yg tertunduk (Me) Malu (kan). Hal yg paling memalukan adalah Janji Peresmian PDN besok yg kalaupun (dipaksakan) peresmiannya, jelas2 merupakan Kebohongan publik yg sangat parah pasca Jebolnya PDNs 2 bulan lalu. Kominfo memang sangat layak disebut KomOmDo, hanya bisa Omong Doank …
*Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen