Misteri Gelap Tyler Robinson, Pemuda Mormon yang Jadi Tersangka Pembunuh Charlie Kirk

adilnews | 20 September 2025, 12:19 pm | 80 views

Oleh: Fadjar Pratikto

Sosok Tyler Robinson (22), pemuda yang didakwa sebagai pembunuh tragis influencer konservatif Amerika Serikat, Charlie Kirk, kini menjadi sorotan nasional. Pertanyaan besar muncul: bagaimana seorang pemuda yang dibesarkan dalam keluarga Mormon religius, aktif di gereja, dan pernah diganjar beasiswa akademik, bisa berubah menjadi pelaku penembakan politik yang paling menggemparkan Amerika dalam satu dekade terakhir?

Dari Anak Baik ke Jalur Radikalisme

Robinson tumbuh di Washington City, Utah, dari keluarga yang dikenal saleh, hangat, dan terpandang. Orang tuanya telah menikah lebih dari 25 tahun, aktif membesarkan tiga putra mereka dengan nilai-nilai ketat Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Tetangga menggambarkan keluarga ini sebagai “luar biasa” — sering berlibur bersama ke Disneyland, Hawaii, hingga Karibia.

Namun, sekitar setahun terakhir, ibunya mulai menyadari perubahan besar. Robinson, yang dulu aktif di gereja dan mengikuti kode moral Mormon, tiba-tiba menjadi lebih politis. Ia semakin vokal mendukung isu-isu LGBTQ+ dan hak-hak transgender. Perubahan itu semakin kentara setelah ia berpacaran dengan teman sekamarnya, seorang pria yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan transgender.

“Dia mulai lebih sering berdebat soal politik, terutama dengan ayahnya yang berpandangan konservatif,” ungkap Jaksa Wilayah Utah County, Jeffrey Gray, dalam konferensi pers 16 September.

Sebelum penembakan, Robinson sempat menyebut kepada ibunya bahwa ia muak dengan kehadiran Charlie Kirk, pendiri Turning Point USA yang kerap menyuarakan nilai konservatif. Ia menyebut acara Kirk di Utah Valley University sebagai “tempat bodoh” dan menuduh Kirk “menyebarkan kebencian.”

Pada 10 September, Robinson menempuh perjalanan 400 kilometer dari St. George menuju kampus itu. Dari atap gedung, ia melepaskan tembakan ke arah Kirk saat sang aktivis berbicara kepada mahasiswa. Kirk, ayah dua anak berusia 31 tahun, tewas seketika.

Pesan yang ditinggalkan Robinson semakin memperkuat dugaan motif ideologis. Dalam catatan yang ditemukan pasangannya, ia menulis: “Saya berkesempatan untuk mengalahkan Charlie Kirk dan saya akan mengambilnya.”

Internet Gelap dan “Meme di Peluru”

FBI mengungkapkan bahwa Robinson aktif di ruang obrolan daring, termasuk Discord, tempat ia berinteraksi dengan puluhan akun anonim. Beberapa unggahan di media sosial X dan TikTok bahkan secara misterius “meramalkan” penembakan Kirk sebulan sebelumnya.

Yang lebih mengerikan, peluru yang digunakan dalam penembakan ditemukan dengan ukiran berupa slogan anti-fasis serta meme dari subkultur internet furries dan video gim. “Ini adalah bukti jelas ia terseret ke dalam budaya internet gelap,” kata Gubernur Utah Spencer Cox.

Presiden Donald Trump menambahkan, “Sepertinya dia teradikalisasi lewat internet.”

Bagi warga Washington City, kabar keterlibatan Robinson sungguh mengejutkan. “Ia dibesarkan dalam keluarga baik-baik. Sulit membayangkan bagaimana seorang anak Mormon bisa berubah sejauh ini,” kata seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya.

Salah seorang teman kuliahnya di Dixie Technical College, Aidan Jones (19), mengaku merinding mengetahui kebenaran itu. “Saya sering berjalan melewatinya di lorong. Ternyata dia menyimpan niat seperti itu.”

Setelah penembakan, Robinson sempat berkomunikasi dengan pasangannya. Ia mengaku, “Saya muak dengan kebenciannya. Ada kebencian yang tak bisa dinegosiasikan.” Ketika ditanya sudah berapa lama ia merencanakan aksi itu, Robinson menjawab: “Sekitar seminggu lebih.”

Orang tuanya akhirnya membujuk Robinson menyerahkan diri ke polisi pada 11 September. Kini ia menghadapi dakwaan pembunuhan berat, penembakan massal, hingga penghalangan keadilan. Jaksa Gray menyatakan negara bagian Utah akan menuntut hukuman mati.

Meski banyak bukti digital yang mengarah pada keterlibatan komunitas daring, motif penuh Robinson masih menjadi misteri. Apakah benar isu transgender dan politik progresif menjadi faktor utama? Atau ia hanyalah korban radikalisasi internet yang lebih besar?

FBI masih menyelidiki kemungkinan adanya jaringan atau rekan konspirator. Lebih dari 20 orang yang pernah berinteraksi dengan Robinson di Discord kini dalam pengawasan.

Bagi banyak orang, kasus ini menjadi cerminan rapuhnya generasi muda di era digital. Robinson, yang dulunya anak berprestasi dan religius, terjerumus ke “tempat gelap” hingga mengambil jalan yang menghancurkan hidupnya dan merenggut nyawa orang lain.

Seorang tetangga lama menyimpulkan dengan getir, “Ada sesuatu yang sangat salah di dalam dirinya. Dia tidak dibesarkan untuk membenci. Tapi entah bagaimana, kegelapan itu menang.”

Berita Terkait