
Yogyakarta- Sampah menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar pemerintah kota/ daerah dalam mengatasinya. Budaya masyarakat Indonesia yang biasa membuang sampah sembarangan dan membuang sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tanpa dipilah terlebih dahulu membuat pengelolaan sampah menjadi lebih ruwet.
Salah satu daerah yang saat ini menghadapi masalah sampah sangat serius adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Belum lama ini Pemerintah Provinsi DIY akhirnya menutup Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul yang selama ini sudah overload menjadi tumpuan pembuangan sampah. Pemerintah provinsi setempat membuat kebijakan desentralisasi dalam pengelolaan sampah kepada pemerintah daerah/kota masing-masing. Diharapkan para kepala daerah bisa mengelola sampah di wilayahnya secara mandiri.
Kreasi Seni Wayang
Di tengah permasalahan sampah yang terjadi di Yogyakarta, ada sejumlah pegiat lingkungan hidup berinovasi dalam memanfaatkan sampah supaya bisa lebih bernilai. Selain muncul banyak bank sampah yang mengumpulkan sampah anorganik khususnya plastik, kertas dan besi, yang dijual ke pengepul atau pabrik pengolahan sampah jenis tersebut. Sebagian kecil ada juga yang mengolah sampah organik menjadi media tanam dan pupuk, bahkan untuk budidaya larva magot.
Belakangan ada seorang seniman yang memanfaatkan sampah anorganik plastik untuk membuat wayang. Dia adalah Sardiman/ Sardi Beib (64) yang selama ini dikenal sebagai seniman topeng daur ulang sampah kertas. Sejak pandemi Covid 19 melanda, ia berusaha memanfaatkan botol plastik air mineral bekas menjadi Wayang Kristal yang memiliki nilai jual lebih.
Sardiman mendirikan sanggar topeng dari sampah kertas sejak 2011. Saat ini ia mengelola dua sanggar seni yakni Sanggar Topeng Koran dan Padhepokan Wayang Kristal. Sanggar ini berlokasi di komplek Kalimasada (Kampung Literasi Masyarakat Sadar Budaya) jalan Cilikan, Pakemgede – Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Di masa pandemi, akhir 2020 silam Sardiman mulai berkreasi, berpikir bagaimana memanfaatkan botol air mineral bekas yang terus bertumpuk di lingkungan masyarakat. Bermodal solder listrik yang sudah dimodifikasi dan setrika listrik, ia membuat wayang dari lembaran-lembaran botol plastik.
“Dulu saya berpikirnya begini, karena pandemi banyak orang diam di rumah. Lalu karena saya juga pegiat lingkungan maka saya coba berkreasi dari botol plastik bekas air mineral. Pertama membuat lampu bentuk bunga, tapi kok terlalu gimana gitu, akhirnya muncul ide untuk membuat wayang,” tutur Sardiman kepada Adil News.
Awalnya untuk berkreasi membuat wayang transparan yang kemudian disebut Wayang kristal, Sardiman perlu bereksperimen hingga beberapa kali. Pasalnya, membuat wayang dengan medium plastik membutuhkan ketelitian dan teknik yang penuh perhitungan.
“Membuatnya ini mudah tapi perlu ketelitian, bagaimana cara menyetrika plastik agar tidak leleh dan mengerut, itu juga butuh teknik tertentu namun akan mudah kalau sudah pernah mencobanya. Sejauh ini saya sudah membuat empat generasi karya, antara lain figur Punakawan dan Pandawa Lima. Awalnya efek kristal belum terlihat karena kurang maksimal pelurusannya, namun yang keempat ini sudah jauh lebih smooth jadi lebih halus dan detail ukirannya,” jelas Sardiman.
Kerja keras Sardiman tak sia-sia. Kreasi wayang kristal karyanya kini mulai dikenal banyak orang karena ia rajin berbagi ilmu melalui akun sosial media. Tak heran bila satu wayang karyanya yakni tokoh Gatotkaca bisa laku terjual dengan harga hingga Rp. 1,5 juta dua tahun lalu.
Wayang Gatotkaca dibuatnya dengan dimensi tinggi sekitar 60 cm yang menghabiskan enam botol air mineral bekas. Jika ditotal, biaya produksinya sangat murah, tak sampai Rp. 1.200,- untuk modal botol bekasnya.
“Itu orang Bandung yang beli, mau menghadiahi ayahnya yang ulang tahun dan kebetulan suka wayang. Saya bingung awalnya mau menghargai berapa, ya sudah saya sebut Rp 1,5 juta dan dia tidak menawar, langsung transfer. Ternyata karya dari bahan bekas ini punya nilai jual tinggi,” ujarnya bangga.
Kreasi Sardiman yang memanfaatkan limbah plastik untuk membuat karya seni juga ditularkan ke orang lain. Saat ini, Sardi Beib memiliki misi untuk mengajarkan ke masyarakat terutama generasi muda untuk membuat kreasi Wayang Kristal. Ia berkeinginan menjadikan wayang kristal sebagai budaya modern yang mudah dikreasi masyarakat Indonesia dengan karakter dan gaya sesuai daerah setempat.
“Harapan saya, wayang bisa dikenalkan sebagai budaya tinggalan para leluhur yang bisa dimainkan anak-anak muda, dengan karakter dan gaya yang milenial, tanpa meninggalkan pesan-pesan moral di dalamnya. Jadi nanti di daerah lain bisa punya wayang dengan karakter kedaerahan dan cerita suku-suku di sana, benar-benar wayang budaya Indonesia,” tuturnya. (Fadjar)
