
Oleh Rismawati
JAKARTA, ADILNEWS.COM- Siapa sangka, kotoran sapi yang selama ini dianggap sebagai limbah tak bernilai, justru menjadi ladang cuan besar bagi India. Negara Asia Selatan ini berhasil mengubah limbah ternak menjadi komoditas ekspor dengan permintaan tinggi, khususnya dari negara-negara Timur Tengah. Fenomena ini pun membuka peluang baru yang patut dilirik oleh Indonesia, mengingat negeri ini juga memiliki populasi ternak yang melimpah.
Dari Limbah Jadi Emas Hijau
Data terbaru menunjukkan bahwa India meraup pendapatan hampir ₹400 crore (setara Rp 758 miliar) pada tahun anggaran 2023–2024 hanya dari ekspor kotoran sapi dan produk turunannya. Negara-negara seperti Kuwait, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Oman menjadi pembeli utama.
Mengapa kotoran sapi begitu diminati? Jawabannya terletak pada khasiatnya dalam pertanian organik, khususnya dalam budidaya pohon kurma. Studi menunjukkan bahwa pupuk dari kotoran sapi mampu meningkatkan pertumbuhan dan kualitas buah kurma secara signifikan.
Kuwait, misalnya, baru-baru ini membeli 192 metrik ton kotoran sapi dari India. Harga jual kotoran sapi segar bisa mencapai ₹125 per kilogram, sementara pupuk hasil olahan dihargai hingga ₹173,57. Bahkan kompos dari kotoran sapi yang telah difermentasi dijual sekitar ₹88,02 per kilogram.
Indonesia memiliki sekitar 18 juta ekor sapi potong menurut data BPS tahun 2024, dengan produksi kotoran mencapai jutaan ton per tahun. Namun, sebagian besar limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Menurut Dr. Hadi Suryanto, pakar peternakan dari IPB University, “Indonesia sebenarnya punya potensi ekspor kotoran ternak yang sangat besar. Yang dibutuhkan adalah teknologi pengolahan, sertifikasi, dan strategi pemasaran yang tepat.”
Di banyak desa, kotoran sapi masih dibiarkan menumpuk atau hanya digunakan secara terbatas sebagai pupuk lokal. Padahal, jika dikelola secara industri, limbah ini bisa diubah menjadi pupuk padat, pupuk cair, biogas, bahkan bahan bakar alternatif.
Pasar Global Terbuka
Kesuksesan India tak lepas dari dukungan pemerintah, industri, dan komunitas lokal yang mengintegrasikan pengolahan limbah ternak ke dalam sistem ekonomi desa. Beberapa model bisnis yang bisa dicontoh Indonesia antara lain:
Koperasi Petani Ternak: Mengumpulkan kotoran dari para peternak dan mengolahnya secara kolektif menjadi produk siap ekspor.
Pabrik Pupuk Organik Mini: Menggunakan teknologi sederhana untuk mengubah limbah menjadi pupuk organik bersertifikat.
Sertifikasi dan Branding Produk: India bahkan memberi label “Gobar Dhan” (harta dari kotoran) sebagai bagian dari kampanye nasional pertanian berkelanjutan.
Dengan tren pertanian organik yang terus meningkat secara global, pasar pupuk alami pun terbuka lebar. Negara-negara beriklim kering seperti di Timur Tengah sangat membutuhkan bahan organik untuk menyuburkan lahan.
“Indonesia bisa menyasar pasar ekspor yang sama seperti India. Apalagi kita memiliki hubungan dagang yang baik dengan negara-negara Timur Tengah,” kata Irfan Maulana, analis ekspor produk agro dari Kemendag.
Bahkan, tak tertutup kemungkinan Indonesia bisa mengekspor bukan hanya kotoran sapi, tetapi juga dari kambing, kerbau, hingga ayam, dalam bentuk pupuk organik terstandardisasi.
Tantangan dan Solusi
Namun demikian, ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi antara lain: Minimnya infrastruktur pengolahan; belum adanya standar nasional untuk pupuk dari limbah ternak; dan kurangnya edukasi peternak soal nilai ekonomis limbah.
Solusinya, menurut banyak pihak, terletak pada sinergi antar kementerian – Pertanian, Perdagangan, dan UMKM – serta dukungan investasi dari sektor swasta dan startup green-tech.
Jika India bisa menjual kotoran sapi hingga ke Kuwait, mengapa Indonesia tidak? Kunci utamanya ada pada kesadaran, teknologi, dan kemauan untuk mengubah limbah menjadi berkah. Dengan sumber daya ternak yang melimpah dan kebutuhan pasar global yang tinggi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan ekspor kotoran sapi sebagai salah satu pilar ekonomi hijau di masa depan.
Mungkin sudah saatnya kita berhenti melihat kotoran sebagai sampah. Karena seperti kata petani India: “Yang kemarin dibuang, hari ini bisa jadi emas.”