Pemerintah Pastikan Proyek Kereta Cepat Jakarta–Surabaya Dilanjutkan, Tiongkok Klaim Whoosh sebagai Sukses BRI

adilnews | 1 August 2025, 09:29 am | 411 views

JAKARTA, ADILNEWS.COM- Pemerintah Indonesia memastikan akan melanjutkan proyek kereta cepat dari Jakarta-Bandung hingga ke Surabaya. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam pembukaan RailwayTech Indonesia 2025 di JI EXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).

Menurut AHY, Presiden Prabowo telah memberikan arahan tegas untuk memperpanjang jalur kereta cepat guna mewujudkan mobilitas antarkota yang lebih efisien dan rendah emisi di Pulau Jawa.

“Kereta cepat Jakarta–Surabaya dapat menciptakan mobilitas yang lebih cepat, bersih, dan terintegrasi. Ini bukan sekadar kelanjutan proyek, melainkan visi besar untuk menyambungkan kota, industri, dan pelabuhan utama di Jawa,” ujar AHY.

Ia menambahkan, waktu tempuh Jakarta–Surabaya yang saat ini mencapai 8 jam 25 menit dengan kereta konvensional, akan dapat dipangkas menjadi 4–5 jam dengan moda kereta cepat. Selain efisiensi waktu dan biaya, moda ini juga berkontribusi positif terhadap pengurangan emisi karbon. Berdasarkan data Asian Transport Outlook 2024, sektor perkeretaapian hampir tidak memberikan kontribusi terhadap emisi nasional.

Pemerintah juga akan membentuk Satuan Tugas Kereta Cepat, mempercepat penyusunan RUU Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), serta menyesuaikan sejumlah peraturan agar jalur cepat dapat diperluas hingga ke wilayah timur Pulau Jawa. Langkah ini diperkirakan akan memberikan dampak besar terhadap integrasi logistik dan pertumbuhan ekonomi regional.

Tiongkok Klaim Whoosh Sebagai Model Sukses BRI
Kabar kelanjutan proyek kereta cepat ke Surabaya ini beriringan dengan pernyataan resmi dari pemerintah Tiongkok yang mengklaim kesuksesan proyek Whoosh sebagai bukti nyata keberhasilan inisiatif Belt and Road Initiative (BRI). Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, pada konferensi pers di Beijing tanggal 22 Juli 2025 mengatakan bahwa Whoosh adalah model kerjasama infrastruktur global yang saling menguntungkan.

“Kereta cepat Jakarta–Bandung adalah simbol dari kemitraan strategis antara China dan Indonesia. Ini adalah proyek unggulan BRI yang telah membawa manfaat nyata bagi rakyat Indonesia,” kata Mao.

Dalam forum internasional, Indonesia pun mendapat sorotan positif. Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, menjadi pembicara dalam Kongres Global ke-12 Kereta Cepat di Beijing pada 8 Juli lalu. Ia menegaskan bahwa ekosistem perkeretaapian cepat di Indonesia mulai terbentuk, meski sektor manufaktur dan teknologi dalam negeri belum sepenuhnya berkembang.

Beban Utang Masih Jadi Tantangan
Meski dibanggakan sebagai pencapaian prestisius, proyek kereta cepat Whoosh masih menyisakan beban finansial besar bagi Indonesia. Dari total biaya proyek yang membengkak menjadi USD 7,29 miliar (sekitar Rp114 triliun), sekitar 70 persen atau USD 4,55 miliar dibiayai oleh pinjaman dari China Development Bank (CDB). Pinjaman tersebut memiliki tenor 40 tahun dengan bunga 3,4 persen, termasuk masa tenggang selama 10 tahun.

Dengan demikian, pembayaran cicilan utang baru akan dimulai pada 2033 dan berlangsung hingga tahun 2063. Total kewajiban pembayaran Indonesia diperkirakan bisa menembus USD 8 miliar jika memperhitungkan bunga. Ini menjadi tantangan serius bagi BUMN konsorsium KCIC dan pemerintah dalam menjamin keberlanjutan finansial proyek.

Ekonom dari INDEF, Bhima Yudhistira, menilai bahwa proyek Whoosh hanya akan menguntungkan bila mampu mencapai efisiensi operasional, didukung penumpang tetap tinggi, serta berdampak pada pengembangan kawasan sekitar jalur.

“Jika tidak disertai penguatan industri dalam negeri dan keberlanjutan fiskal, proyek ini bisa menjadi beban jangka panjang yang berat,” kata Bhima.

Operasional Whoosh Terus Meningkat
Sejak mulai beroperasi pada Oktober 2023, Whoosh telah melayani lebih dari 10 juta penumpang hingga Juni 2025. Rekor tertinggi penumpang harian tercatat pada 27 Juni 2025 dengan jumlah 26.770 orang. Saat ini, KCIC menjalankan 62 perjalanan harian dengan waktu tempuh Jakarta–Bandung antara 36 hingga 46 menit.

Whoosh menggunakan EMU tipe CR400 AF buatan Tiongkok, yang memiliki kecepatan operasional hingga 350 km/jam. Namun meski teknologinya canggih, operator Indonesia masih sangat bergantung pada tenaga ahli dari China untuk pendampingan operasional dan perawatan teknis.

“Pekerja asal China yang semula 1.000 orang kini tinggal 500-an orang, dan proses handover terus dilakukan secara bertahap,” ungkap Dwiyana.

Proyeksi ke Depan: Dari Bandung ke Surabaya
Rencana perpanjangan jalur kereta cepat ke Surabaya yang sudah dikonfirmasi pemerintah membuka harapan baru. Namun juga membawa tantangan baru, terutama dalam pembiayaan, kesiapan lahan, dan kepastian teknologi. AHY menyebut bahwa pemerintah kini menyiapkan regulasi pendukung, termasuk merevisi Perpres No. 93 Tahun 2021 dan memperluas mandat Komite Kereta Cepat.

Apakah proyek Whoosh akan menjadi fondasi kuat untuk mengembangkan konektivitas Jawa secara berkelanjutan? Atau justru menjadi preseden mahal yang sulit ditiru? Jawabannya akan sangat tergantung pada bagaimana proyek ini dikelola secara akuntabel, transparan, dan berorientasi jangka panjang.

Yang pasti, Indonesia sedang melaju cepat. Namun tantangan terbesar bukan pada kecepatan, melainkan arah dan keberlanjutan jalur yang sedang ditempuh. (Fadjar/ Jakarta)

Berita Terkait