
Dalam suatu aksi mahasiswa di Bunderan UGM Yogyakarta, terjadi pembubaran paksa oleh aparat kepolisian. Maklum, waktu itu isu yang diusung aksi mahasiswa itu adalah “Turunkan Soeharto”, penguasa Orde Baru yang represif. Tak hanya dibubarkan, beberapa aktivis sempat diciduk dan digelandang ke kantor Polwil DIY.
Dalam proses interograsi, beberapa mahasiswa yang ditangkap diminta untuk buka baju dan celana panjang yang dipakainya. Sekitar 6 orang sudah membuka celana hingga tinggal celana dalamnya saja. Tinggal satu orang yang tak mau melepas celananya, hanya melepaskan bajunya.
“Kamu, lepas juga celananya seperti mereka!,” perintah introgrator polisi sambil menunjuk kawan-kawannya yang sudah semi bugil.
“Maaf pak, saya tidak bisa membuka celana, saya malu,” ujar cowok kurus kerempeng itu pada polisi.
Pak polisi pun naik pitam, ini perintah bentaknya, “semua yang ditangkap harus melepas baju dan celana. Kalau tidak mau, kami terpaksa akan melucuti celanamu dengan paksa”.
Takut dipaksa, akhirnya mahasiswa Fakultas Hukum UGM itupun berterus-terang. “Maaf Pak, bukannya saya tidak mau melepas celana. Sebab kalau celana saya dibuka, burung saya bisa terbang. Masalahnya saya gak pake celana dalam,” tuturnya sambil mringis.
Ampun, dasar aktivis, udah bau, gak pake caldem lagi. Tengah malam para aktivis yang ditangkap itu pun dilepas. “Hore akhirnya aku bebas, tak jadi ditelanjangi”, kata sang mahasiswa itu dengan girangnya. Sejak itu dia kapok gak pake caldem.
