Kobaran api terus menyala selama 53 tahun ini di kawah gas Darvaza, Gurun Karakum, Turkmenistan. Kawah ini terletak di atas Cekungan Amu-Darya, sebuah provinsi minyak dan gas alam yang sangat produktif yang membentang di Turkmenistan dan Uzbekistan.
Gas alam dalam jumlah besar, terutama metana, merembes melalui kerak bumi di seluruh cekungan. Kemungkinan besar kawah ini terhubung dengan cadangan gas metana yang mudah terbakar yang menyediakan bahan bakar yang tampaknya tak terbatas untuk api. Sisa-sisa pengeboran yang hangus diperkirakan berada di suatu tempat di dalam kawah.
Meskipun berbahaya, lubang ini tidak dipagari dan mereka yang mencari sensasi ekstrem dapat berdiri tepat di pinggirnya. Namun hal ini sangat berisiko karena tanah berpasirnya sering runtuh. Wisatawan mungkin bisa merasakan perasaan campur aduk – kagum melihat pemandangan itu, tapi juga pada kecerobohan orang-orang Turkmenistan, yang membiarkan gas itu menyala begitu saja selama bertahun-tahun.
Tahun lalu, Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov menetapkan cagar alam negara di gurun Karakum seluas 90.000 hektare (220.000 ekar), termasuk kawah Derweze. “Tugas utama cagar alam baru ini adalah melestarikan salah satu gurun terbesar di planet ini dan menyelesaikan masalah lingkungannya,” kata Ovez Kurbanov dari Institut Nasional Gurun, Flora, dan Fauna.
Asal-usul
George Kouronis, penjelajah asal Kanda, menjadi orang pertama yang ‘terjun’ langsung ke dalam kawah tersebut pada 2013. Kouronis mengatakan bahwa penyebab kemunculan ‘Gerbang Neraka’ ini masih misteri yang perlu dipecahkan.
Kisah di balik terbentuknya kawah ini masih diselimuti misteri, dan tidak ada tempat lain yang seperti ini di Bumi,” kata Kourounis kepada National Geographic, seperti dikutip The Guardian. “Tidak ada tempat lain di mana ada lubang metana yang terbakar yang dikeluarkan dari tanah dengan tekanan tinggi,” ujarnya.
Asal usul mengenai Kawah Darvaza ini masih banyak diperdebatkan, tapi teori yang paling sering muncul dan mudah diterima adalah imbas ekspedisi Soviet untuk mengeksplorasi gas alam.
Anatoly Bushmakin, ahli geologi Turkmenistan, mengklaim lubang bor tersebut dibakar pada tahun 1971 setelah dikhawatirkan mengeluarkan gas beracun. “Ahli geologi Soviet mulai mengebor lubang bor untuk mencari gas di tempat ini pada tahun 1971,” kata ahli geologi Turkmenistan, Anatoly Bushmakin, seperti dikutip AFP.
Menurutnya, peralatan pengeboran tiba-tiba mengebor ke dalam gua bawah tanah, dan terbentuklah sebuah lubang runtuhan yang dalam. Lubang tersebut menyebabkan tanah di sekitar rig runtuh, sehingga infrastruktur pengeboran ikut runtuh dan menciptakan kebocoran raksasa dari cadangan gas alam tersebut.
Begitu tanah terbuka, gas metana dan asap berbahaya lainnya mulai mengepul dari kawah yang berdiameter sekitar 70 meter dan berkedalaman 30 meter.
Para ahli geologi saat itu mencari cara mencegah agar penduduk desa tidak terpapar gas beracun dari insiden tersebut. Mereka kemudian membakar dinding kawah dan mengira api akan membakar metana dalam beberapa minggu sebelum akhirnya padam.
“Karena khawatir kawah itu akan mengeluarkan gas beracun, para ilmuwan mengambil keputusan untuk membakarnya, dengan berpikir bahwa gas itu akan terbakar dengan cepat dan hal ini akan menyebabkan kobaran api padam,” kata Bushmakin.
Namun, api justru terus menyala. 53 tahun kemudian kawah gas Darvaza masih menjadi kobaran api hingga sekarang. (Risma)