Dikepung Para Pengkhianat

adilnews | 2 February 2025, 11:08 am | 22 views

Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M.Sc., Lic.Eng., Ph.D., Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta & Seniman/Budayawan

Kasihan Presiden Prabowo Subianto, dikepung para pengkhianat, yaitu jongos-jongosnya MulGenjik yang ada di pemerintahan, yang jelas akan sangat mengganggu jalannya pemerintahan Prabowo.

Kita dukung total Prabowo, dan selamatkan Prabowo dari céwak-cewok MulGenjik yang sangat jahat. *Céwak-cewok MulGenjik hanya untuk kepentingan anak-anak, menatu dan kelompoknya, agenda 2029*.

Dhas kebo, rahi gedhèk, kulit baya. MulGenjik adalah orang yang tidak punya rasa malu.

Jika hal ini terus dipertahankan, saya tidak yakin capaian pemerintahan Prabowo akan signifikan membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.

Prabowo juga diwarisi permasalahan rumit dan pelik di era sebelumnya, yang sangat korup dan penuh kebohongan. OCCRP!

Intinya: Prabowo harus didukung dan diselamatkan.

Adili MulGenjik dan keluarganya!

Suasana Indonesia saat ini, mirip dengan suasana Mataram, saat Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Susuhanan Agung Hanyokrokusumo Senopati Ing Ngalogo Ngabdurahman Khalifatulloh Syayidin Panatagama (Sultan Agung Hanyokrokusumo), memutuskan Perang Batavia, 1628-1629.

Sultan Agung Hanyokrokusumo dikepung pengkhianat. Siapa pengkhianatnya? Putera-putera Senopati yang mendukung Pangeran Puger (putera Senopati dengan Semangkin).

Cinta Senopati hanya untuk Semangkin. Semangkin adalah garwa selir yang dianugerahi nama kebangsawanan, Adisara.

Dengan Adisara, Senopati berputera Raden Rangga dan Pangeran Puger.

Adik kandung Semangkin, yaitu Perihatin, juga menjadi garwa selir Senopati dan berputera Raden Rama (Pangeran Mangkubumi).

Semangkin dan Perihatin adalah puteri Sunan Perwata. Perwata adalah putera Sultan Trenggono dari garwa selir.

Senopati banyak melibatkan putera-putera Adisara dalam pemerintahan dan perang. Rangga dan Puger adalah benteng Mataram.

Raden Rangga meninggal, Pangeran Puger menjadi dominan.

Senopati mengangkat Pangeran Puger menjadi Adipati Demak.

Terbelah, putera-putera Senopati ada yang mendukung Pangeran Puger, dan ada yang mendukung Mas Jolang, menjadi putera mahkota Mataram. Jolang adalah putera Senopati dengan garwa padmi I, yaitu Kanjeng Ratumas.

Ketika Senopati mengangkat Mas Jolang menjadi putera mahkota, Puger berontak.

Pemberontakan Puger ditumpas habis oleh Jolang, dan Puger tewas ditangan Jolang dengan tumbak Kyai Plered.

Jolang adalah satriyo pilih tandhing, bagus alus, pinter ngaji. Beda dengan Satriyo lainnya, main pecat, bentak-bentak dan tampar orang kecil gara-gara air. Satriyo brutal, kampungan dan wong kenthir.

Sultan Agung Hanyokrokusumo dikepung pengkhianat

Beberapa hari sebelum prajurit Mataram berangkat ke Batavia, Sultan Agung Hanyokrokusumo mengadakan pagelaran Wayang Kulit dengan dalang Ki Soponyono lakon Bharata Yudha Jayabinangun.

Sebenarnya berat, sangat berat bagi Mataram menyerbu Benteng Batavia, karena sbb:
1. Keuangan Kerajaan masih belum pulih pasca perang panjang di Jawa Timur, perang Brang Wetan I dan II.
2. Langit-langit Mataram masih dihantui wajah- wajah pengkhianat pasca pemberontakan Puger.
3. Rumor penggelapan pajak yang dilakukan oleh Purbaya.

Sultan Agung Hanyokrokusumo memutuskan berangkat ke Batavia menjadi Senopati Perang Mataram.

Keingin Sultan Agung Hanyokrokusumo berangkat ke Batavia, ditolak oleh pamannya, yaitu Pangeran Mangkubumi: Angèr Prabu harus tetap bertahta di Kraton. Hantu-hantu pengkhianat masih bergentayangan di Mataram.

Mangkubumi adalah pembawa Wahyu Keprabon Mataram, putera Senopati dengan Perihatin.

Akhirnya, Sultan Agung Hanyokrokusumo menuruti nasehat pamannya, tetap bertahta di Kraton Kerto.

Prajurit-prajurit Mataram dipimpin Mangoloyudo Mataram: Purbaya, Juminah, Wiroguno dan Soponyono.

Sekali lagi, sebenarnya berat bagi Mataram untuk menyerang ke Batavia, karena alasan di atas. Semata, hanya sebuah perjuangan/perang suci, untuk membebaskan bangsanya dari penindasan VOC.

Perang Batavia I dan II, Mataram tidak kalah, dan tidak menang.

Gadjah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, MulGenjik modar meninggalkan aib.

Ndhas gundhul dikepeti, Kadhung gidal-gidul, bul ora sida diblèjèti.

Merdeka!

Berita Terkait