
MADIUN, ADILNEWS.COM – Pihak kombatan Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyebutkan, tembakan roket dan bom dari udara yang dilepas prajurit TNI di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, salah sasaran pada Selasa (06/05/2025) pukul 09.25 WIT.
Akibatnya, menurut OPM, peluncuran roket itu menewaskan Deris Kogoya, (18 tahun), seorang pelajar di SMPN 1 Ilaga. Kecuali itu, tembakan yang disebut OPM tidak presisi itu juga melukai Jemi Alom, (35 tahun).
OPM menyebut, kedua korban bukanlah kombatan yang tergabung dalam TPNPB pendukung OPM, melainkan warga sipil biasa. Digambarkan, tubuh korban tewas hancur mengenaskan. Sedangkan Jemi Alom terluka di kedua kaki dan beberapa sisi tubuhnya.
Keterangan insiden itu disampaikan Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, dalam Siaran Pers-nya yang dikirim aktivis sayap politik OPM, West Papua Liberation Organization (WPLO), John Anari, dari tempat tinggalnya di New York, kepada adilnews.com, Rabu (07/05/2025) pukul 18.55.
“Sama (saya juga tidak bisa menghubungi Sebby Sambom), Bang. Mungkin di sana (Papua) terjadi gangguan internet,” kata John Anari dalam pesan pendek.
Sebby Sambom dalam Siaran Pers itu mengklaim, serangan oleh prajurit TNI itu sedianya ditujukan untuk membombardir Markas TPNPB-OPM. Karena luput, klaimnya, serangan udara itu justru menewaskan dan melukai seorang siswa dan seorang warga sipil.
“Laporan mengenai tewasnya pelajar SMPN dan warga sipil itu kami peroleh dari Mayor (OPM) Numbuk Telenggen yang melaporkan dari Kabupaten Puncak. Tujuan penembakan ke Markas TPNPB-OPM, tapi jatuhnya malah ke pemukiman sipil,” bilang Sambom
Sambom tidak menjelaskan lebih lanjut, bagaimana ‘nasib’ jasad dan luka-luka yang diderita korban. Apakah dilarikan ke rumah sakit, atau langsung dimakamkan pihak keluarganya.
Dalam foto-foto yang disertakan untuk melengkapi Siaran Pers, jasad korban tewas yang tidak utuh itu berada di atas tandu tradisional pedalaman. Sedangkan korban terluka tengah duduk bersandar lemas, di atas selembar kain bermotif bendera Inggris.
Terkait peristiwa itu Sambom meminta, Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI tidak menggunakan bom dan roket untuk menyerang TPNPB-OPM. Sebab dikhawatirkan salah sasaran, jatuh ke pemukiman warga yang tidak ikut berperang.
Prajurit TNI, pinta Sambom yang merujuk perangkat aturan Humaniter (hukum perang intersional), agar tidak lagi menggunakan persenjataan berat. Perangkat perang yang dimaksud seperti bom, roket, helikopter jet tempur dan sejenisnya.
“Senjata berat itu melanggar hukum Humaniter. Kalau TNI berani, hadapi kami senjata api lawan senjata api,” alasan Sambom.
Kebenaran klaim OPM mengenai serangan TNI, yang menewaskan pelajar dan melukai warga sipil itu, belum mendapat tanggapan dari Mabes TNI. (fin)
