AMBYAR Doktor UI Sebut Sosok Megalomanian di HUT ke-79 RI

adilnews | 11 August 2024, 13:22 pm | 119 views

Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes*

Pemirsa TV CNN (Channel News Network) Indonesia heboh besar, alias “Ambyar” (istilah ini sempat dipopulerkan oleh Seniman Almarhum Didi Kempot), setelah Tayangannya di hari Kamis malam 08/08/2024 kemarin menampilkan Diskusi via Zoom antara Presenter Ayu Rahmawati di Studio CNNI Gedung TransTV Tendean bersama Dr. Reni Chandriachsja Suwarso, Dosen FISIP UI & Direktur IDESSS (Institute for Democracy, Security, and Strategic Studies) yg saat diwawancara tsb berlokasi di Cibubur.

Bagi yg tidak sempat memirsa Siarannya secara langsung melalui kanal TV UHF tempo hari, rekaman wawancara berdurasi 19-menit 16-detik ini kini dapat diakses di YouTube dgn URL : youtu.be/qX4hayJ0JyI?si=QzGDwQMUenPO6XNM dgn judul “Menghitung Hari Jelang Peringatan HUT Ke 79 RI di IKN”. Rekaman dalam resolusi 1280×960 format HD (High Definition) ini bahkan banyak juga yg menshare di berbagai WAG (WhatsApp Group) meski dalam resolusi 640×480 / 426×240 format SD (Standard Definition).

Langsung membuka dgn sindiran tajam ke IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara soal Infrastruktur, Sarana-Prasarana yg belum memadai serta terkesan buru-buru, Doktor politik lulusan Universitas Victoria di Melbourne inipun kembali melontarkan kritik setelah sempat beberapa hari sebelumnya menyatakan bahwa apabila ada seorang pemimpin yg keputusannya direvisi terus itu artinya kurang bijak. “Mengapa kebijakan direvisi terus? Artinya ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, ada target yang tidak tercapai,” tegas Ybs kepada bbrp media di hari Minggu 04/08/24.

Bahkan Dosen UI senenjak 1992 ini juga lantang mengatakan di masa akhir pemerintahan yg tinggal dua bulan lagi, masih ada yg sangat terlihat sangat cawe-cawe & memaksa DPR utk memproses RUU-RUU yg dinilai merusak tatanan pengelolaan negara di Indonesia. “Semua aspek mau diatur olehnya, kacau dunia persilatan” ujarnya. Dia mencontohkan RUU DPA (Dewan Pertimbangan Agung) yg sudah nyata2 dihapus di Amandemen UU 1945-pun “dipaksa” diadakan lagi utk menjadi Kantornya setelah dia sebenarnya sudah harus pensiun alias lengser jadi Pak lurah.

Secara khusus ketika dipertanyakan soal kesiapan IKN utk tdak hanya sekedar melaksanakan Upacara HUT ke-79 RI, Dr Reni kemudian menyitir hasil kajian BRIN (Badan Riset & Inovasi Nasional) soal Tanah IKN yg tidak akan bisa digunakan uti jangka panjang. Hasil kajian ilmiah BRIN sudah jelas menyebut Tanah IKN secara Geologi terdiri atas bebatuan tua yg terdiri atas Gambut, Lempung, Batubara dsb. Hal ini semua membuat Air tidak bisa diminum karena bersifat Asam (kali ini tanpa Sulfat, jangan ada yg Baper).

Lucunya, sampai2 Dosen yg sebelumnya Doktor juga menyelesaikan Masternya di Universitas Sidney ini menyebut kebijakan pemindahan Ibukota Negara sekarang seperti “Kebijakan Bangun Tidur Seseorang” tanpa melalui Kajian Ilmiah yg jelas dan ilmiah alias tanpa berbasis knowledge & research sama sekali. Bahkan juga memprediksi Presiden terpilih mendatang (Prabowo) yg dikenal lebih akan berpikir lebih panjang lagi utk meneruskan pembangunan IKN dgn cara terburu-buru begini, meski tanahnya sebagian dimiliki oleh Hasjim tetapi Prabowo lebih rasional & realistis, kata Dr Reni di Tayangan CNNI tsb.

Paling Ambyar adalah ketika dia menyebut bahwa ada Sosok “Megalomanian” yg artinya ada seseorang yg memiliki keyakinan pada dirinya bahwa ia memiliki kebesaran, keagungan, atau kekuasaan. Keyakinan tersebut tak sekadar berupa sikap sombong, tapi merupakan bagian gangguan jiwa. Sebenarnya sebelum dinyatakan oleh Dosen UI ini, seorang Profesor ASLI dari UGM yg sempat menjabat Ketua MPR-RI 1999-2004, Prof Dr HM Amien Rais MA, juga pernah menyematkan julukan “Megalomanian” yg sama kepada sosok tsb, jadi setidaknya julukan tsb terkonfirmasi alias tidak mengada-ada.

Sebagai juga Magister Kesehatan (M.Kes) ASLI dari UGM, sayapun mengamini sebutan “megalomanian” dari Dr Reni & Prof Amin diatas karena Orang dgn gangguan jiwa ini dapat dikenali dgn mudah karena sebenarnya “keyakinannya” itu salah atau disebut juga dengan waham, tepatnya waham kebesaran. Secara ilmiah, Megalomanian sebenarnya termasuk gejala gangguan jiwa yg mengganggu isi pikiran. Beberapa yg termasuk kategori ini adalah Gangguan Bipolar, Gangguan Saham / Delusi, Skidzofrenia, Dimensia & Delirium.

Dari 5 (lima) kategori diatas, maka Skudzofrenia adalah yg secara ilmiah paling mendekati Sosok dimaksud. Karena Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis yg menyebabkan penderitanya sulit membedakan kenyataan dgn pikirannya sendiri. Skizofrenia dpt menyebabkan beberapa gejala, seperti halusinasi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Skizofrenia juga bisa menyebabkan waham. Ada bermacam-macam waham yang bisa muncul pada penderita skizofrenia. Salah satunya adalah megalomania.

Kesimpulannya, Indonesia seharusnya menyambut HUT ke-79 besok dgn Gegap Gempita & Riang Gembira dalam arti kata sesungguhnya, bukan malah harus (dipaksa) mengikuti Halusinasi, Waham penderita Skidzofrenia yg merupakan Sosok Megalomanian sbgmn disebut ciri2nya oleh Doktor dari UI & Profesor Asli UGM diatas, apalagi kalau ternyata sosok yg disebut2 juga bukan pemegang Ijazah Asli. 17 Agustus 2024 seharusnyalah menjadi titik tolak Bangsa ini utk Introspeksi & Mawas diri, bukan malah sekedar mencari kepuasan sendiri namun spt bisa membuat semuanya mati berdiri (seperti Partai yg barusaja Ketumnya mendadak mengajukan Pengunduran diri) …

*Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen, pemegang Ijazah Asli S1 UGM, S2 UGM & S3 UNJ.

Berita Terkait