Negara Dirongrong Pengkhianat

adilnews | 20 June 2024, 15:13 pm | 109 views

Oleh: Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Seniman/Budayawan Yogyakarta & Penulis Skenario Film Sultan Agung.

NKRI dirongrong pengkhianat demi isteri, anak, menantu dan cucunya. Tidak punya malu: Ndhas Kebo, Rahi Gedhèg, lan Kulit Baya.

Suasana NKRI saat ini, mirip di era Sultan Agung Hanyokrokusumo bertahta, Mataram dirongrong para pengkhianat, termasuk keluarga kerajaan.

Endronoto, atau tepatnya Tumenggung Endronoto, adalah petinggi Mataram yang pilih tanding. Endronoto murni berkarir di Mataram dari bawah. Lewat Singoranu, Endronoto dihadapkan ke Sultan Agung, sebagai pemuda desa yang sakti mandraguna. Karir militer Endronoto sangat melejit.

Ekspedisi Brang Wetan I, 1617-1619, Endronoto ikut terlibat, sebagai prajurit biasa. Mataram tidak bisa dikatakan sukses menaklukkan Jawa Timur, yang kala itu dikuasi penuh oleh Panembahan Suroboyo, anak turun Girindrawardhana.

Ekspedisi Brang Wetan II, 1621-1624, Mataram dengan kekuatan penuh, Tumenggung Surontani, Adipati Pragola II, Tumenggung Alab-Alab alias Wiroguno, Tumenggung Mandurorejo (anak Jurumertani alias Ki Mondoroko), Singoranu, Pangeran Juminah, dan Pangeran Purboyo, sukses menaklukkan Jawa Timur. Panembanhan Suroboyo menyerah. Mataram harus kehilangan Manggoloyudo yang sangat disayangi Sultan Agung Hanyokrokusumo, yaitu Surontani. Surontani tewas tenggelam di sungai Brantas saat mengejar Pangeran Pekik (putera Panembahan Suroboyo).

Menyatunya Brang Wetan (Jawa Timur) sebagai bagian dari Mataram, dikuatkan dengan pernikahan politik Pangeran Pekik dengan adik kandung Sultan Agung, yaitu Kanjeng Ratu Wandhansari. Golong gilig, sakiyek sakekoproyo holobis kuntul baris.

Ekspedisi Brang Wetan II berakhir 1624, bersamaan dengan pindahnya Kraton Mataram dari Kotagede ke Kerto.

Jurumertani masih sakit hati ke Sultan Agung, karena sbb:

1). Kraton Mataram dipindah dari Kotagede ke Kerto. Ini sebuah sikap politik Sultan Agung, yang tidak mau dibawah bayang-bayang Pemanahan-Panjawi-Jurumertani. Besides, Sultan Agung berkata, bahwa Kraton Mataram di Kotagede bukan untuk Raja, hanya untuk Panembahan. Tidak cukup, Makam Hastorenggo dibangun di Imogiri yang kala itu dikenal dengan istilah Gunung Pedhut atau Gunung Merak. Makam Raja-Raja Mataram.

2). Tradisi di Mataram, anak Jurumertani menjadi Patih atau Warongko Dalem. Jurukithing, anak Jurumertani yang pertama, menjadi Patih Panembahan Hanyokrowati. Jurumertani berharap, anaknya yang kedua, Tumenggung Mandurorejo, menjadi Patih Mataram di era Sultan Agung. Dewata berkendak lain, Sultan Agung memilih Singoranu menjadi patihnya.

Sakit hati. Pada suatu hari, dipanggilah Endronoto menghadap Jurumertani, untuk dihasut, agar mau bergabung Adipati Pati, yaitu Adipati Pragolo II, yang diwacanakan memberontak ke Mataram.

Dendam kesumat dan sakit hati. Jurumertani punya masalah peribadi dengan Ki Panjawi di saat remaja. Trah Pragolo adalah anak keturunan Ki Panjawi yang menguasai Bumi Pati. Adipati Pragola I adalah anak Ki Panjawi, sekaligus adik kandung Kanjeng Ratumas (permaisuri I Senopati, sekaligus ibu dari Retno Pembayun dan Panembahan Hanyokrowati, dan sekaligus eyang puteri Sultan Agung).

Jurumertani ingin, Pati ditumpes kelor. Dibuat drama, seolah Pragolo II akan memberontak ke Mataram.

Tidak ada bukti Pragolo II akan berkhianat ke Mataram. Justru anaknya Jurumertani, yaitu Temenggung Mandurarejo, saat Ekspedisi Brang Wetan II, berencena membelot gabung Panembahan Suroboyo. Gelagatnya terbaca oleh Adipati Pragolo II dan Surontani. Dipepetlah Mandurorejo oleh Pragolo II dan Surontani, tak berkutik, gagal berkhianat ke Mataram.

Ringkas cerita, Endronoto diminta ke Kadipaten Pati, memprovokasi Pragolo II, bahwa Mataram akan menyerang Kadipaten Pati. Kemudian, Sultan Agung diprovokasi oleh Jurumertani, bahwa Kadipaten Pati akan memberontak ke Mataram.

Dikirimlah prajurit Mataram ke Pati, dengan Wiroguno sebagai Senopati Mataram, dengan disertai Tumbak Baruklinthing. Pati ditumpes kelor, luluh lantak, Pragolo II tewas di tangan Wiroguno. Sedang Endronoto dipenggal kepalanya oleh Wiroguno, gembungnya ditinggal di Pati, kepalanya dibawa pulang ke Mataram. Oleh Sultan Agung, kepala Endronoto ditanam di salah satu anak tangga Makam Hastorenggo, Imogiri.

Kadipaten Pati, luluh lantak, berakhirnya dinasti Pragolo, anak keturunan Ki Panjawi. Semua kekayaan Kadipaten Pati dibawa ke Mataram, termasuk gadis manis, kulit sawo matang, tètèk montok gondhal-gandhul Si Roro Mendut, sebagai puteri boyongan.

*Ini kesalahan fatal Sultan Agung jelang Perang Batavia, 1628-1629. Progolo II bukan pengkhianat. Mataram tanpa Pragolo II, menjadi kurang kuat, apalagi Surontani sudah meninggal*.

Mataram dirongrong pengkhianat jelang Perang Batavia melawan VOC.

Mirip NKRI saat ini, kuntul diomongké dhandhang, dhandang diomongke kuntul. Mulut pembohong, esuk dhelé, soré bekicot.

Merdeka!

Yogyakarta, 2024-06-20

Berita Terkait