Dukungan Tiongkok untuk Iran dalam Konflik Terbuka dengan Israel, Menegaskan Ambisinya Menjadi Aktor Global di Timur Tengah

adilnews | 17 June 2025, 00:09 am | 441 views

JAKARTA, ADILNEWS.COM – Konflik bersenjata antara Iran dan Israel kembali memanas sejak serangan udara Israel terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran pada awal Juni lalu. Sebagai respons, Iran meluncurkan serangan rudal dan drone besar-besaran ke beberapa kota besar Israel, termasuk Tel Aviv dan Haifa, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai puluhan lainnya.

Di tengah ketegangan yang meningkat, Tiongkok menyatakan dukungan tegas terhadap Iran, sembari mendorong peran aktif dalam upaya de-eskalasi sebagai mediator internasional. Apa kepentingan Tiongkok?

Dukung Iran, Syarat Kepentingan
Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Beijing menegaskan bahwa mereka “memahami dan mendukung hak Iran untuk membela diri” atas tindakan yang dianggap sebagai provokasi dari pihak Israel.

“Tiongkok menyerukan semua pihak untuk menahan diri, dan kami menentang setiap tindakan sepihak yang dapat memperburuk situasi. Hak Iran untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanannya harus dihormati,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, dalam konferensi pers harian, Senin (16/6).

Tiongkok juga mengumumkan telah melakukan pembicaraan diplomatik langsung dengan Menteri Luar Negeri Iran dan Israel pada akhir pekan lalu. Dalam percakapan tersebut, Menteri Luar Negeri Wang Yi menyampaikan kesiapan Tiongkok untuk berperan sebagai mediator konstruktif dalam mendorong de-eskalasi konflik.

“Kami siap memainkan peran aktif dalam menciptakan ruang dialog dan mendorong tercapainya solusi damai atas konflik ini. Stabilitas kawasan adalah kepentingan bersama semua bangsa,” kata Wang Yi.

Selain dukungan politik dan diplomatik, keterlibatan Tiongkok dalam konflik ini juga menyentuh aspek dukungan ekonomi dan teknologi.

1. Dukungan Ekonomi: Minyak sebagai Oksigen Finansial

Sejak bertahun-tahun terakhir, Tiongkok merupakan pembeli utama minyak mentah Iran, bahkan setelah sanksi-sanksi internasional diberlakukan. Menurut data dari Refinitiv dan perusahaan pelacak kargo TankerTrackers, sekitar 90 persen ekspor minyak Iran saat ini menuju ke pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok.

Hal ini menjadikan Tiongkok sebagai penyokong utama perekonomian Iran, memungkinkan negara itu mendanai program militer dan pertahanan meski diisolasi oleh negara Barat.

2. Dukungan Teknologi dan Komponen Rudal

Beberapa laporan lembaga riset pertahanan barat menunjukkan bahwa berbagai komponen drone dan rudal yang digunakan oleh Iran dalam konflik kali ini mengandung komponen elektronik buatan Tiongkok, termasuk giroskop, sistem navigasi inersia, dan chip sirkuit terpadu.

Selain itu, perusahaan-perusahaan Tiongkok diketahui terlibat dalam pengiriman bahan kimia seperti sodium perchlorate yang digunakan dalam bahan bakar roket padat, meskipun pengiriman dilakukan melalui jalur tidak langsung untuk menghindari sanksi.

Seorang analis pertahanan dari Jane’s Intelligence Review menyatakan, “Tanpa dukungan teknis dari Tiongkok, kemampuan rudal Iran akan jauh lebih terbatas.”

3. Transfer Pengetahuan dan Kerja Sama Strategis

Meski tidak memberikan bantuan militer langsung dalam konflik, Tiongkok disebut tetap membuka jalur kerja sama strategis dengan Iran melalui pelatihan teknis, pertukaran teknologi sipil-militer, serta koordinasi proyek keamanan siber dan satelit.

Kedua negara juga memiliki perjanjian kerja sama strategis 25 tahun yang ditandatangani pada 2021, mencakup bidang infrastruktur, energi, pertahanan, dan intelijen.

Kepentingan Strategis di Timur Tengah

Tiongkok memiliki kepentingan besar untuk menjaga stabilitas kawasan Timur Tengah, tidak hanya karena kebutuhan pasokan energi, tetapi juga demi kelangsungan proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI).

onflik berkepanjangan di kawasan ini dapat mengganggu jalur perdagangan minyak, gas, dan logistik yang menjadi tulang punggung rencana geopolitik Tiongkok.

Karena itu, Tiongkok tampak berusaha mengambil posisi ganda: mendukung Iran secara diplomatik dan ekonomi, namun di saat bersamaan tetap menjaga hubungan bilateral dengan Israel, yang juga merupakan mitra dagang dan teknologi penting bagi Beijing.

“Ini adalah contoh strategi ‘keseimbangan dinamis’ yang dimainkan oleh Tiongkok. Mereka tahu bahwa posisi netral aktif lebih menguntungkan daripada memihak terang-terangan dalam konflik bersenjata,” ujar Dr. Alvin Cheung, analis geopolitik dari AsiaGlobal Institute.

Meskipun Tiongkok menampilkan diri sebagai pihak penengah, beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Prancis, menyatakan kekhawatiran atas keterlibatan teknologi Tiongkok dalam sistem senjata Iran.

“Jika benar komponen elektronik dari Tiongkok digunakan dalam serangan terhadap Israel, Beijing harus bertanggung jawab atas ketegangan yang meningkat,” kata Senator AS Lindsey Graham dalam pernyataan resminya.

Namun, Beijing membantah tuduhan tersebut dan menyebut bahwa semua ekspor teknologi bersifat “sipil dan tidak dimaksudkan untuk penggunaan militer.”

Keterlibatan Tiongkok dalam konflik Iran-Israel bukanlah sekadar isu bilateral, tetapi menandai pergeseran kekuatan global di mana Tiongkok semakin berperan sebagai kekuatan penyeimbang di luar kawasan Asia Timur.

Dengan memainkan peran sebagai pendukung Iran 0secara strategis dan penengah secara diplomatik, Tiongkok menegaskan ambisinya menjadi aktor global dalam urusan Timur Tengah, sekaligus mengukuhkan dominasi ekonominya di kawasan yang selama ini didominasi oleh pengaruh Barat.

Namun, ke depan, Beijing perlu menavigasi dinamika ini dengan hati-hati—dukungan yang terlalu terbuka terhadap Iran bisa merusak hubungan dagang dengan Israel, AS, dan negara-negara Teluk lainnya. (Fadjar/ Jakarta)

Berita Terkait