Awas Wabah Flu Gelombang Baru di Wuhan

adilnews | 10 January 2025, 00:00 am | 145 views

(Foto: Suasana tes COVID-19 di Wuhan pada 2020)

Wuhan mengalami gelombang baru wabah influenza setelah lima tahun COVID-19, dengan beberapa sekolah meliburkan kelas.

Kasus Human metapneumovirus atau HMPV memang sedang meningkat. Beberapa rumah sakit di seluruh China penuh sesak. Kasus HMPV juga dikonfirmasi di Hong Kong, Malaysia, dan India.

Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengeluarkan pengumuman tentang penyakit tersebut, tapi pemerintah Taiwan memperingatkan, anak-anak dan lansia harus berhati-hati, Kamboja dan Indonesia juga mengeluarkan peringatan.

Berdasarkan informasi terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, tingkat penyebaran virus influenza terus meningkat, lebih dari 99 persen merupakan influenza A, demikian laporan Televisi Sentral China yang dikelola pemerintah pada 5 Januari 2025 lalu. Departemen pengendalian penyakit di seluruh negeri juga telah mengeluarkan imbauan kesehatan.

Sebelumnya pada 30 Desember 2024, pemerintah kota Wuhan menerbitkan ulang artikel media lokal berjudul “Sangat Menular dan Rentan Bermutasi! CDC Wuhan Mengeluarkan Peringatan,”. Disebutkan bahwa kota tersebut telah memasuki periode puncak penyakit pernapasan, dengan virus influenza sebagai patogen utama.

Chen Banghua, perwakilan dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Wuhan, menjelaskan bahwa influenza menyebar melalui berbagai saluran dan sangat menular. Pembawa virus influenza tanpa gejala merupakan hal yang umum, yang jumlahnya mencapai hingga 30 persen dari kasus.

Namun, diskusi yang berani di antara para orang tua di Wuhan menunjukkan bahwa beberapa virus selain influenza A menyebar secara bersamaan.

Pada 1 Januari lalu, seorang ibu di Wuhan secara berani berbagi informasi , “Norovirus, influenza A, dan COVID-19 semuanya tersebar. Di keluarga kami yang beranggotakan empat orang, tiga orang tertular norovirus, dan satu orang tertular influenza A.”

Ibu Wuhan lainnya menanggapi postingan tersebut, “Saya terkena flu A, dan anak saya terkena norovirus. Saya belum pulih dari flu saat saya tertular norovirus dari anak saya. Begitulah cara saya menghabiskan hari terakhir tahun 2024.”

Pada 2 Januari, seorang orang tua dari Distrik Wuchang di Wuhan memberi tahu The Epoch Times bahwa banyak siswa di sekolah terinfeksi. Tiga kelas di kelas tiga harus meliburkan siswanya, dan kelas empat anaknya juga terkena dampak, dengan lebih dari 30 siswa mengambil cuti sakit sebelum liburan Tahun Baru 2025.

“Kebanyakan kasusnya adalah influenza A, tetapi anak saya beruntung karena terkena infeksi bakteri bronkitis, meskipun masih parah, tenggorokannya bengkak total, dan demam tinggi 39,6°C,” tutunya.

Korban Kebanyakan Anak Sekolah

Pada 28 Desember 2024, sebuah pesan berani beredar di kalangan orang tua di Wuhan yang menunjukkan bahwa wabah influenza telah menyebabkan beberapa sekolah dasar menangguhkan kelas.

Pesan tersebut mengutip berita internal dari sebuah sekolah dasar di Distrik Jiang’an dan mendesak orang tua untuk tetap waspada, mengambil tindakan perlindungan, dan mencoba menghindari penyakit yang dapat mempengaruhi ujian tengah semester.

Pada tanggal 1 Januari, seorang orang tua di Wuhan mengomentari postingan tersebut , mengatakan bahwa lebih dari 100 dari 300 anak di taman kanak-kanak mereka telah mengambil ijin sakit.

Seorang orang tua dari Distrik Jiang’an berkomentar pada 27 Desember 2024, “Kami mengikuti kelas daring selama tiga hari dalam minggu ini.”

Menanggapi kejadian tersebut, Sean Lin—seorang ahli mikrobiologi, asisten profesor Ilmu Biomedis, dan anggota Komite Bahaya mengingatkan agar masyarakat tidak panik.

‘Kami melihat di Tiongkok banyak rumah sakit besar yang menangani banyak anak untuk diperiksa dokter, lebih banyak pasien rawat inap, lebih banyak infeksi pernapasan yang memerlukan perawatan sekunder … Kami melihat laporan semacam ini tetapi banyak di antaranya yang sporadis di internet,” tandasnya seperti dikutip New Tang Dynasty (NTD) TV dan The Epoch Times pada 5 Januari 2025.

“Masalahnya adalah pemerintah Tiongkok tidak menyediakan data sistematis bagi dunia luar untuk memahami situasi sebenarnya,” jelas Sean Lin.

Selain menyarankan agar tidak panik, Sean Lin mengingatkan agar warga berhati-hati, serta melakukan olahraga lebih teratur, beristirahat dengan cukup, dan berusaha lebih optimis. Hal itu akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Lalu, disarankan harus mengonsumsi makanan sehat… dan melakukan perlindungan kebersihan secara teratur: lebih sering mencuci tangan atau memakai masker di beberapa tempat umum.

Realitas tersebut menggambarkan tingginya tingkat keparahan gejala flu di Tiongkok dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh warganya setelah COVID-19.

“Karena banyak orang mengalami beberapa infeksi COVID, banyak orang mungkin mengalami COVID jangka panjang, banyak orang bahkan mengalami efek samping vaksin versi China, jadi saya pikir banyak orang China memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Itulah sebabnya mengapa bahkan patogen pernapasan biasa seperti RSV, mycoplasma pneumoniae, atau HMPV … dapat menyebabkan lebih banyak orang menjadi lebih sakit daripada di banyak negara lain,” ujar Sean Lin.

“Saya pikir itulah yang unik di Tiongkok.”
(Sumber NTD TV dan The Epoch Times)

Berita Terkait