Sampah Plastik Jadi Emas Hitam: Inovasi Petasol dari Banjarnegara Ubah Kresek Jadi BBM Berkualitas

adilnews | 26 June 2025, 12:53 pm | 495 views

Banjarnegara — Selama ini, kantong plastik atau “kresek” kerap dianggap sebagai limbah tak bernilai yang hanya menambah tumpukan sampah dan mencemari lingkungan. Namun, inovasi luar biasa dari Bank Sampah Banjarnegara (BSB) berhasil mengubah persepsi tersebut. Melalui teknologi fast pyrolysis 5.0 (Faspol 5.0), plastik kini bisa diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) berkualitas tinggi bernama Petasol, yang bahkan mendekati standar Pertamina Dexlite.

Teknologi ini dikembangkan sejak tahun 2019 oleh Budi Trisno Aji, seorang pegiat lingkungan sekaligus penemu metode Faspol 5.0. Prosesnya melibatkan pembakaran terkontrol sampah plastik jenis polietilena, seperti kantong kresek, dalam ruang tanpa oksigen (pyrolysis), yang kemudian dikatalisis untuk menghasilkan minyak sintetis setara solar.

Ketua Divisi Produksi BSB, Endi Rudianto, menjelaskan bahwa satu unit mesin Faspol dapat mengolah hingga 200 kilogram plastik per siklus, dan menghasilkan sekitar 170 hingga 180 liter Petasol. “Nilai ekonominya sangat menjanjikan, saat ini bisa mencapai Rp13.600 per liter,” ungkap Endi. “Petasol sudah digunakan untuk menggerakkan mesin pertanian, genset, dan bahkan kendaraan bermotor. Ini membuktikan kualitasnya.”

Tidak hanya efisien, teknologi ini juga ramah lingkungan. Proses pyrolysis berlangsung dalam sistem tertutup, sehingga tidak menghasilkan emisi berbahaya ke udara. Sisa hasil pembakaran juga bisa dimanfaatkan sebagai karbon aktif atau bahan bakar padat.

Hingga kini, teknologi Faspol 5.0 buatan BSB telah tersebar di lebih dari 50 lokasi di seluruh Indonesia, dari Jawa hingga Sulawesi. Dalam setiap pemasangan unit, BSB juga menyelenggarakan pelatihan khusus bagi operator lokal. Tujuannya agar proses berjalan aman, efisien, dan tidak membahayakan pengguna.

“Semua mesin ini kami rancang sendiri secara mandiri, berbasis teknologi tepat guna. Kami ingin teknologi ini menjadi milik rakyat,” ujar Endi. “Kami juga mendorong desa-desa mandiri energi dengan mengolah sampah sendiri menjadi BBM.”

Inovasi ini menjadi angin segar di tengah krisis energi dan ancaman kerusakan lingkungan akibat sampah plastik. Dengan konversi langsung dari limbah menjadi energi, masyarakat tidak hanya membersihkan lingkungan, tapi juga menciptakan sumber energi alternatif yang terjangkau dan berkelanjutan.

Pemerintah daerah setempat, melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banjarnegara, menyatakan dukungan terhadap pengembangan teknologi ini. “Kami melihat potensi besar untuk direplikasi di seluruh wilayah. Selain mendukung transisi energi, ini juga mendorong ekonomi sirkular,” ujar salah satu pejabat DLH.

Sementara itu, Budi Trisno Aji sebagai penemu teknologi menekankan bahwa inovasi ini bukan semata soal teknis, tetapi juga perubahan cara pandang terhadap sampah. “Sampah plastik bukan kutukan, tapi sumber daya. Tinggal bagaimana kita mengolahnya,” ujarnya.

BSB kini tengah mengupayakan sertifikasi lebih lanjut dan uji emisi untuk Petasol agar bisa diakui secara resmi sebagai BBM alternatif. Dukungan dari pemerintah dan swasta menjadi harapan ke depan agar inovasi lokal ini bisa berkembang lebih luas.

Dengan teknologi Faspol 5.0 dan semangat gotong royong masyarakat, Banjarnegara telah membuktikan bahwa solusi energi masa depan bisa tumbuh dari desa. Dari tumpukan kresek, kini lahir Petasol—”emas hitam” dari rakyat untuk rakyat.

Berita Terkait