Membrangus Seniman: Buruk muka, cermin Dibelah

adilnews | 23 December 2024, 14:23 pm | 87 views

Oleh: Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M. Sc., Lic.Eng., Ph.D., Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan eniman/Budayawan Yogyakarta-Solo

Ramai di media mainstream dan medsos, adanya pelarangan pameran lukisan seorang seniman, hanya gara-gara pesan di lukisan-lukisan tersebut, menyindir perilaku dan adab Si MulGenjig.

Apakah ini perbuatan Prabowo? Jelas tidak! Setahu saya, keluarga Prabowo sangat menghargai nila-nilai seni dan hal-hal bernuansa akademis*.

Ini pasti ulah MulGenjig dan begundal-begundalnya yang bercokol di Parpol Gurem.

MulGenjig gerah dan marah, karena tema-tema lukisan tersebut, betul-betul menggambarkan perilaku busuk MulGenjig.
oh

MulGenjig tidak paham seni, maklum ijazanya diduga palsu, tidak ada rasa penghormatan pada karya seni dan budaya.

Buktinya, berani-beraninya MulGenjig, yang hanya orang kebanyakan (wong pidak pedaraan), memakai baju Songkok Ageng. Ora wangun babar blas. Malah kaya jathilan.

Hanyalah pengkhianat, yang tidak punya rasa malu, tidak pandai berterimakasih dan tidak tahu berbalas budi.

Kembali ke jaman Rezim Orba, dimana kebebasan berfikir, berkumpul, berserikat dan berekspresi, amat sangat dibatasi.

MulGenjig terlalu pongah dan sombong: adigang adigung adiguna. Menempatkan dirinya sebagai tokoh yang tidak boleh disentuh kritik.

MulGenjik dan keluarganya harus diseret ke pengadilan, dan jika terbukti bersalah, harus membusuk di penjara.

Indonesia milik Rakyat Indonesia, bukan milik keluarga MulGenjig. MulGenjig tidak punya hak mengatur-atur Indonesia dengan modusnya cewak-cewok.

MulGenjig sekarang berteman dengan Efando SilitBolong, menyerang Ibu Bangsa. Kita hadapi! Siapa takut?

Efando SilitBolong, gayanya menasihati Ibu Bangsa. Emangnya dia siapa? Dari dulu masih sama saja: bodoh dan konyol.

Seni, dalam sebuah karya seni berkualitas, bisa terwujud, jika ada variabel kebebasan berekspresi. Dalam batas tertentu, seniman itu bebas dan liar.

Karya seni, tidak hanya dalam dedikasinya pada karya seni murni, namun sangat memungkinan, karya seni sebagai sebuah kritik sosial.

Sebagai bagian dari suatu peradaban, seniman harus mengedepankan etika dan moralitas, dalam berekspresi. Karya seni tidak boleh menjungkir-balikkan pemahaman etika dan moralitas di masyarakat, dan tidak boleh menyentuh simbol-simbol agama, agama apapun.

Suatu bangsa akan mengalami kemunduran peradaban, jika kebebasan akademik, tepatnya mimbar akademik, dan kebebasan berekspresi dibatasi, dalam frame politik otoriter atau politik tirani atau politik represive.

Apakah ini ulah Prabowo? Jelas bukan! Prabowo orangnya berfikir terbuka dan menghormati karya seni.

Prabowo tidak punya kepentingan membredel pameran seni lukis.

Ini semua ulah MulGenjig dan begundal-begundalnya, hanyalah orang bodoh bermental penjilat.

Tidak ada dasar apapun, yang bisa dipakai untuk membredel Pameran Seni Lukis seorang Seniman. Indonesia negara demokratis yang mengedepan kebebasan berekspresi.

Lawan dan tumpas MulGenjig dan bugandal-begundalnya.

Satyam Eva Jayate. Merdeka!

Berita Terkait