Oleh: Supriyanto Martosuwito
Saya iba, saya sedih, ikut nelangsa dan geram, melihat Sandra Dewi dicecar di pengadilan. Model cantik jelita, ibu dua anak itu, kini harus menghadapi sendiri pertanyaan gencar jaksa, hakim dan pengacara, juga wartawan, yang telah menahan suaminya serta mengusut skandal kasus megakorupsi yang menyeret namanya.
Apakah Sandra Dewi perlu teman curhat, perlu pendamping untuk memberikan semangat? Perlu bahu untuk bersandar? Perlu saputangan untuk menyusut air mata atau keringatnya? Apakah Sandra Dewi memerlukan pelukan untuk menenangkan hatinya yang gundah gulana?
Saya siap. Saya bersedia.
Seperti diketahui, suaminya: Harvey Moes, didakwa melakukan korupsi pengelolaan timah yang merugikan negara Rp 300 triliun dan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Jaksa menyebutkan sebagian duit korupsi Harvey mengalir kepada istrinya, supermodel yang cantik jelita itu.
Dalam dakwaannya, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (14/8), jaksa mengatakan Harvey Moeis mendapatkan Rp 420 miliar dari hasil korupsi kasus tambang tersebut.
Angka Rp.420 miliar adalah angka yang fantastis untuk warga biasa seperti kita – rakyat jelata seperti saya. Tapi untuk bisnis tambang, yang melibatkan ‘backing’ oknum pejabat, oknum jendral, atau minimal setara dirjen untuk investasi triliunan, angka itu “sedang” saja.
Dan itu pun baru dakwaan.
Sebenarnya, ada belasan orang yang terlibat dalam kasus mega korupsi tambang timah itu. Tapi nampaknya penegak hukum, pengamat dan media mencecar tiga nama saja: Harvey Moeis dan isterinya, Sandra Dewi serta Helena Lim, pesohor yang dijuluki ‘Crazy Rich PIK’.
Agaknya, sekadar menduga – mereka sengaja dijadikan “bemper” lantaran popular dan gaya hidupnya yang ‘wah’ di media sosial, selama ini. Sedangkan otak dan para pelaku utama – yang mengeruk keuntungan lebih banyak bersama pejabat pejabat yang ‘kong kalikong’ – aman dan diamankan. Dijauhkan dari publikasi.
BEGITULAH cara mafia bermain dan penegak hukum mengolahnya. Awak media dilempari umpan wajah cantik, kondang – sosok ternama sebagai mangsa – karena ‘nama membuat berita’ (“name make news”) dan ternyata benar, umpan itu disambar awak media – dan para pelaku utama dan pelaku lain tak terekspos. Lolos dari liputan.
Biasanya, ada ‘cost’ untuk itu; bisa miliaran bahkan puluhan miliar disisihkan untuk itu, angka mana sudah membuat bola mata penegak hukum, pengamat dan wartawan terbelakak. Nanar. Lalu, ‘out focus’ !
Jaksa mengungkap Harvey menerima uang terkait kegiatan kerja sama antara smelter swasta dan PT Timah Tbk. Duit itu diterima Harvey lewat perusahaan Money Changer (PT Quantum Skyline Exchange) milik Helena Lim yang didakwa dalam berkas terpisah.
Menurut jaksa, total duit yang diterima Harvey lewat perusahaan Helena itu, berjumlah USD 30 juta atau sekitar Rp 420 miliar. “Menguntungkan Harvey Moeis dan Helena Lim setidak-tidaknya Rp 420 miliar,” tegas jaksa.
Terkait dengan si cantik jelita Sandra Dewi, Harvey dituding mentransfer ke rekening pemilik online shop Snowceline Luxury untuk pembelian tas-tas ‘branded’ untuk isterinya itu. Ada 88 tas ‘branded’ Sandra yang menjadi barang bukti dalam kasus TPPU tersebut.
Mama cantik ini pun mengelak tuduhan itu, dengan menyebut 88 tas branded yang disita penyidik Kejaksaan Agung adalah hasil “endorse” – semacam iklan.
“Tas-tas ini saya dapatkan ketika saya pakai saya foto, kemudian saya posting. Itu ‘endorsement’ dan tidak pernah dibeli oleh suami saya. Suami saya tahu bahwa saya sudah mendapatkan tas-tas ini dari tahun 2014,” kata Sandra.
“Ini sudah 10 tahun saya jalani, ada ratusan tas Yang Mulia, ” jelas Sandra Dewi di PN Tipikor Jakarta Pusat, Kamis (10/10) lalu.
“Di dalam dakwaan penuntut umum kan ada 88 tas?” tanya hakim.
“Ya, 88 tas. Betul. Tapi sisanya yang tidak saya pakai, saya jual, ” jawab model 41 tahun, alumni London School of Public Relations ini.
“Mereka memberikan tas itu, saya mempromosikannya di sosial media saya, ” kata Selebgram dengan pengikut 24,2 juta ini.
Dalam dua tahun (2012 – 2014), ada lebih dari 23 toko-toko tas branded di Indonesia ini yang meng-endorse dirinya, jelas Sandra Dewi.
IKHWAL kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah suaminya, Sandra Dewi menjelaskan bahwa kolong-kolong timah tersebut sudah ada sejak dahulu kala.
“Untuk saya, Puteri Bangka Belitung, nenek moyang saya sudah menambang timah sejak ratusan tahun yang lalu. Kolong-kolong timah ini sudah ada lama sekali dan sebelum suami saya dipekerjakan sudah ada kolong-kolong bekas timah ini,” ujarnya di depan sidang .
Model, presenter, MC, artis film ini mengklaim banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan seusai kasus yang heboh tersebut. Ia juga merasa kondisi kampung halaman menjadi mencekam setelah ada masalah ekonomi.
“Jadi sekarang banyak sekali masyarakat kami yang kehilangan mata pencaharian. Keadaan Bangka Belitung pun jadi mencekam, banyak pencurian, perampokan, begal di mana-mana,” ungkapnya.
“Saya harus menyuarakan apa yang mereka post di medsos, apa yang mereka suarakan di medsos selama ini tidak terdengar sama sekali, karena nenek moyang kami ini adalah penambang timah,” kata Sandra Dewi.
Sungguh berat beban yang kini harus ditanggung Sandra Dewi. Selain koleksi tas mewahnya dirampas, semua rekeningnya diblokir. Kabarnya dia harus pinjam sana sini untuk bertahan hidup. Dan malam malam yang berlalu, dia tidur sendiri. Dilingkup sepi.
Saya pun jadi kepikiran.
Rasanya baru kemarin dia menjadi Putri Cinderella dalam pernikahan megah di Gereja Kathedral, Jakarta dan menggelar resepsi mewah di Disneyland Tokyo.
“Mengapa wanita cantik sering bernasib malang?” tulis Zaldy, komiskus roman cinta era 1970-an. Sutradara film romantis Wim Umboh juga sering menampilkan sosok wanita cantik nan malang dalam film filmnya.
Kini, saya tak tahu harus berbuat apa. Saya pun warga pensiunan belaka. Pendapatan hari hari sekadar dan ala kadarnya! Mengandalkan rezeki dari langit.
Tapi sekiranya – seandainya – seumpama, Sandra Dewi memerlukan bahu untuk bersandar, usapan lembut di punggung, belaian atau pelukan untuk menguatkan hatinya, memberikan dia semangat, saya siap! Saya bersedia. ***