JAKARTA- Perkembangan tehnologi khususnya robotika– satu cabang teknologi yang berhubungan dengan desain, konstruksi, operasi, disposisi struktural, pembuatan, dan aplikasi dari robot, semakin pesat. Tanpa disadari kita semakin bergantung pada tehnologi robot. Tidak hanya dalam.industri manufaktur, tapi tehnologi ini sudah diadopsi di semua bidang kehidupan manusia. Tenaga manusia pun semakin tidak berharga lagi.
Robot yang sedang berkembang saat ini adalah robot humanoid. Robot ini penampilan keseluruhannya dibentuk berdasarkan tubuh manusia, mampu melakukan interaksi dengan peralatan maupun lingkungan yang dibuat-untuk-manusia. Secara umum robot humanoid memiliki tubuh dengan kepala, dua buah lengan dan dua kaki, meskipun ada pula beberapa bentuk robot humanoid yang hanya berupa sebagian dari tubuh manusia, misalnya dari pinggang ke atas.
Beberapa robot humanoid juga memiliki ‘wajah’, lengkap dengan ‘mata’ dan ‘mulut’. Android merupakan robot humanoid yang dibangun untuk secara estetika menyerupai manusia.
Benda ini dirancang untuk mampu melakukan pekerjaan manusia dengan lebih efisien. Bahkan robot yang satu ini juga mampu melakukan pekerjaan yang sangat sulit atau berbahaya.
Saat ini Tiongkok berencana mengembangkan robot humanoid yang mampu berpikir, belajar, atau bahkan berinovasi. Bahkan Tiongkok dengan berani mengklaim punya rencana untuk memproduksi massal robot humanoid yang dapat ‘mengubah dunia’ dalam waktu 2 tahun
Rencana ambisius untuk memproduksi massal robot humanoid, yang dikatakannya akan sama “mengganggunya” dengan telepon pintar.
Dalam dokumen cetak biru ambisius yang diterbitkan belum lama ini, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok mengatakan robot tersebut akan “membentuk kembali dunia.”
MIIT mengatakan bahwa pada tahun 2025 produk tersebut akan mencapai “tingkat lanjutan” dan diproduksi secara massal. Pernyataan tersebut disampaikan dalam tujuan pengembangan yang tercantum dalam peta jalannya
“Mereka diharapkan menjadi produk yang mengganggu setelah komputer, telepon pintar, dan kendaraan energi baru,” demikian penjelasan dokumen tersebut.
Meski Bloomberg melaporkan dokumen tersebut “kurang detail tetapi penuh ambisi.” Beberapa perusahaan China tampaknya membantu mengatasi ambisi robotik negara itu dengan sungguh-sungguh.
Perusahaan rintisan China Fourier Intelligence, misalnya, mengatakan akan mulai memproduksi massal robot humanoid GR-1 pada akhir tahun ini, South China Morning Post melaporkan. Mereka bercita-cita untuk mengirimkan ribuan robot pada tahun 2024 yang dapat bergerak dengan kecepatan 5 kilometer per jam dan membawa beban 50 kilogram.
Perusahaan ini bukan satu-satunya pembuat robot humanoid yang meningkatkan upayanya dengan tujuan produksi massal. Agility Robotics dari AS juga akan membuka pabrik robot akhir tahun ini di Oregon , tempat perusahaan ini berencana untuk membangun ratusan robot bipedal yang dapat meniru gerakan manusia seperti berjalan, berjongkok, dan membawa paket.
Amazon sedang menguji robot Digit milik Agility Robotics di pusat penelitian dan pengembangan dekat Seattle untuk melihat bagaimana robot itu dapat digunakan untuk mengotomatisasi gudang-gudangnya, tetapi saat ini robot itu baru dalam tahap uji coba.
“Dalam waktu dekat, kami mengharapkan peningkatan yang lambat dan stabil dalam penerapan Digit. Kami yakin integrasi massal pada akhirnya akan terjadi, tetapi robot bipedal masih merupakan kemajuan yang relatif baru,” kata CEO Agility Robotics Damion Shelton kepada Insider:
Bahkan Tesla tengah mengembangkan robot humanoidnya sendiri , yang diberi nama Optimus, atau Tesla Bot, sebagaimana diungkapkan Elon Musk pada tahun 2021. Namun, robot itu masih memiliki jalan panjang sebelum siap untuk diproduksi massal; Musk mengatakan pada acara Tesla AI Day pada tahun 2022 bahwa itu adalah pertama kalinya prototipe itu berjalan “tanpa dukungan apa pun” saat melangkah ke panggung .
Robot humanoid mungkin terdengar sangat canggih, tetapi belakangan ini banyak timbul kekhawatiran dari masyarakat tentang robot humanoid. Banyak orang bertanya-tanya jika robot humanoid dapat menggantikan manusia secara seutuhnya. Eksistensi robot ini juga membuat banyak orang khawatir kehilangan pekerjaannya karena mendengar potensi robot humanoid yang mampu menggeser manusia.
Demikianlah tantangan kecagihan tehnologi yang hanya mengejar kepentingan industri. Karena itu diperlukan sikap bijak dari para ilmuwan dan pemimpin dunia dalam menggunakan tehnologi robot itu agar tidak menimbulkan efek negatif bagi manusia dimasa mendatang. Jangan sampai robot itu mengendalikan manusia. (Sang Fajar)