
Oleh: Rismawati
Sebuah penemuan bawah laut yang menggemparkan publik baru-baru ini kembali memicu perdebatan mengenai keberadaan kota legendaris yang hilang: Atlantis. Seorang peneliti dan pengamat fenomena tak dikenal, Scott C. Waring, mengklaim telah menemukan sebuah struktur melingkar raksasa sepanjang 8 kilometer di dasar laut, tak jauh dari Gurun Nazca, Peru — wilayah yang juga terkenal dengan Garis Nazca, serangkaian geoglif kuno misterius.
Penemuan ini dilakukan melalui citra satelit dari Google Earth, dan bentuk struktur tersebut menyerupai kubah raksasa dengan pola geometris dan simbol-simbol tak dikenal. Bentuknya yang tidak alami dan lokasinya yang terpencil membuat banyak pihak berspekulasi bahwa ini bisa menjadi jejak peradaban maju yang telah lama hilang — termasuk kemungkinan kota Atlantis yang pertama kali digambarkan oleh filsuf Yunani kuno Plato lebih dari 2.300 tahun lalu.
“Bentuknya sangat simetris dan besar. Ini bukan formasi alam biasa. Saya yakin ini bisa menjadi bagian dari konstruksi kuno dari peradaban yang sangat maju,” ujar Waring dalam unggahannya di situs UFO Sightings Daily.
Dihubungkan dengan Nazca dan Atlantis
Kawasan Gurun Nazca memang menyimpan banyak misteri arkeologi. Geoglif Nazca yang hanya bisa terlihat dari ketinggian selama ini telah dikaitkan dengan kemungkinan keterlibatan makhluk luar bumi atau peradaban prasejarah yang sangat maju secara teknologi. Penemuan struktur bawah laut yang terletak tidak jauh dari wilayah ini pun menguatkan dugaan bahwa ada hubungan antara geoglif di darat dan struktur bawah laut tersebut.
Beberapa teori menyebut bahwa struktur itu bisa saja merupakan bagian dari kota Atlantis yang tenggelam, sebagaimana dikisahkan Plato dalam dialognya “Timaeus” dan “Critias”. Atlantis disebut sebagai sebuah kekaisaran maritim yang sangat maju, yang menghilang dalam semalam akibat gempa bumi dan banjir dahsyat.
Pandangan Ilmiah dan Skeptisisme
Namun demikian, kalangan ilmuwan masih sangat berhati-hati dalam menanggapi klaim ini. Para geolog dan arkeolog menyebut bahwa struktur geologis aneh di dasar laut bukan hal baru, dan bisa terbentuk secara alami melalui proses vulkanik atau tektonik selama jutaan tahun.
Dr. Alejandra Quispe, arkeolog dari Universidad Nacional Mayor de San Marcos, menyatakan, “Penemuan semacam ini harus dikaji lebih lanjut dengan ekspedisi laut dan pemetaan sonar. Tanpa bukti artefak atau jejak budaya yang jelas, kita tidak bisa langsung mengaitkannya dengan Atlantis.”
Beberapa pihak juga mengaitkan struktur ini dengan Segitiga Bermuda, kawasan misterius lain yang telah lama dikaitkan dengan hilangnya kapal dan pesawat secara misterius. Ada pula yang menyinggung kembali hipotesis lama bahwa Atlantis mungkin sebenarnya adalah pulau Thera (kini Santorini) yang hancur akibat letusan gunung berapi dahsyat sekitar 1600 SM.
Atlantis: Mitos atau Kenyataan?
Sejak ribuan tahun lalu, kisah tentang Atlantis telah memikat para penjelajah, ilmuwan, dan pecinta misteri di seluruh dunia. Dari pencarian di Samudera Atlantik hingga Mediterania, dari Caribbean hingga perairan sekitar Antartika. Situs Gunung Padang di Jawa Barat, Indonesia bahkan ada yang menyebutnya sebagai penibggalan oeradaban Atlantis. Banyak klaim telah diajukan—namun tak satu pun yang secara ilmiah dikonfirmasi.
Penemuan terbaru ini — meski belum terverifikasi secara resmi — kembali menambah deretan panjang teka-teki mengenai jejak peradaban yang hilang. Apakah ini benar-benar sisa-sisa Atlantis, atau hanya anomali geologis yang menarik, masih menunggu jawaban dari dunia ilmiah.
Namun satu hal yang pasti, Atlantis belum benar-benar tenggelam dari imajinasi manusia. Dan setiap penemuan seperti ini — entah benar atau hanya ilusi optik citra satelit — tetap menyulut semangat pencarian akan kebenaran yang terkubur di kedalaman laut dunia.