Kromosom Y Mulai Menghilang? Ilmuwan Ungkap Misteri Penentu Jenis Kelamin Laki-Laki yang Kian Melemah

adilnews | 10 July 2025, 04:57 am | 301 views

Oleh: Rismawati

Kromosom Y — satu dari dua kromosom seks manusia — selama ini dikenal sebagai penentu utama jenis kelamin laki-laki. Namun, sejumlah studi genetika terbaru mengungkapkan fenomena mengejutkan: kromosom Y perlahan-lahan menghilang dalam proses evolusi manusia. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin suatu saat di masa depan manusia akan kehilangan kromosom Y sepenuhnya.

Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pasangan ke-23 adalah kromosom seks, yang terdiri dari kromosom X dan Y. Perempuan memiliki dua kromosom X (XX), sementara laki-laki memiliki satu X dan satu Y (XY). Kromosom Y membawa gen penting untuk perkembangan testis dan produksi testosteron, yang memicu perkembangan fisik laki-laki.

Namun, berbeda dengan kromosom lain, kromosom Y sangat kecil dan mengandung sedikit gen — hanya sekitar 50 hingga 60 gen aktif. Bandingkan dengan kromosom X yang memiliki lebih dari 1.000 gen.

Apakah Laki-Laki Akan Punah?
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, kromosom Y telah kehilangan lebih dari 90% gen-nya dalam 200 hingga 300 juta tahun terakhir. Dulu, kromosom Y sebanding ukurannya dengan kromosom X. Tapi kini, ia menyusut drastis menjadi salah satu kromosom terkecil dalam genom manusia.

“Jika kita melihat laju kehilangan gen dari masa ke masa, kromosom Y bisa menghilang sepenuhnya dalam 4,6 juta tahun ke depan,” kata Profesor Jenny Graves, ahli genetika evolusioner dari La Trobe University, Australia.

Meski terdengar menyeramkan, para ilmuwan menegaskan bahwa hilangnya kromosom Y bukan berarti akhir dari laki-laki. Beberapa spesies hewan seperti tikus berduri (spiny rat) di Jepang telah kehilangan kromosom Y mereka, namun tetap melahirkan keturunan jantan yang sehat.

Dalam spesies tersebut, gen penentu jenis kelamin laki-laki berpindah ke kromosom lain. Artinya, evolusi bisa menciptakan “pengganti” kromosom Y melalui mekanisme alami.

“Alam selalu menemukan cara. Gen SRY yang bertanggung jawab atas pembentukan testis dapat bermigrasi ke kromosom lain dan tetap berfungsi,” ujar Dr. Susumu Ohno, pakar biologi molekuler.

Beberapa studi menunjukkan bahwa pada sebagian kecil populasi, telah ditemukan pria dengan kromosom Y yang mengalami penyusutan atau kerusakan parah, namun mereka tetap subur. Selain itu, penelitian pada sel-sel darah pria lanjut usia menunjukkan bahwa kehilangan kromosom Y (mosaic loss of Y, atau mLOY) umum terjadi dan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit seperti kanker, Alzheimer, dan gangguan jantung.

Namun demikian, mLOY berbeda dengan hilangnya kromosom Y secara evolusioner. Yang satu terjadi dalam kehidupan seseorang, sementara yang lain terjadi perlahan-lahan selama jutaan tahun.

Apa Dampaknya Bagi Masa Depan?

Pertanyaan besar yang tersisa adalah: jika kromosom Y benar-benar menghilang dalam jutaan tahun mendatang, bagaimana kelangsungan spesies manusia? Para ilmuwan menawarkan dua skensperti

1. Evolusi Gen Pengganti
Gen lain di genom manusia akan mengambil alih peran SRY atau gen penentu jenis kelamin lainnya, seperti yang terjadi pada beberapa spesies tikus dan reptil.

2.
Teknologi Reproduksi Buatan

Dengan kemajuan rekayasa genetika, manusia mungkin akan menciptakan metode baru untuk menentukan jenis kelamin atau mereproduksi tanpa memerlukan kromosom Y.

“Teknologi seperti CRISPR dan rekayasa embrio membuka kemungkinan untuk mengatasi kehilangan ini secara ilmiah,” kata Dr. Emily Chen dari Stanford University.

Temuan ini memunculkan debat etis dan filosofis: apakah manusia harus menerima perubahan evolusioner ini, ataukah berupaya “menyelamatkan” kromosom Y dengan intervensi genetika?

“Saya pikir ini bukan soal menyelamatkan Y, tapi memahami bahwa perubahan adalah bagian dari perjalanan evolusi manusia,” kata Dr. Graves.

Meski terdengar seperti plot film fiksi ilmiah, kenyataan bahwa kromosom Y sedang dalam proses penyusutan adalah fakta ilmiah yang kini menjadi perhatian genetika evolusioner. Tak perlu panik — proses ini terjadi dalam rentang waktu jutaan tahun. Namun, bagi para ilmuwan, ini adalah teka-teki besar yang membawa kita pada pertanyaan paling mendasar: apa sebenarnya arti menjadi manusia — dan laki-laki — di tengah perubahan genetika yang tak terelakkan?

Berita Terkait