Jejak Arsitektur Radial dan Kejayaan Sassania di Tengah Padang Kering Persia

adilnews | 12 July 2025, 00:47 am | 274 views

Oleh: Rismawati

Di tengah lanskap kering dan berbukit di Provinsi Fars, terdapat reruntuhan kota kuno yang menyimpan rahasia peradaban Persia ribuan tahun silam. Kota itu bernama Gor, juga dikenal sebagai Firuzabad, sebuah situs arkeologi yang luar biasa dan menjadi bukti kejayaan serta kecerdikan tata kota masa lampau.

Kota Gor dipercaya telah berdiri sejak lebih dari 4.000 tahun lalu, dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Kekaisaran Sassania — sebuah dinasti Persia kuno yang berkuasa dari abad ke-3 hingga ke-7 Masehi. Tidak seperti kota-kota kuno lainnya yang tumbuh secara organik, Gor dibangun dengan desain yang sangat terencana dan simetris. Bentuknya melingkar sempurna, dikelilingi oleh benteng pertahanan, dengan jalan-jalan radial yang memusat pada bagian tengah kota, tempat dulunya berdiri menara api Zoroaster atau istana kerajaan.

Desain Kota Radial Pertama di Dunia
Desain melingkar dan terpusat dari Gor menjadikannya salah satu contoh tata kota radial paling awal di dunia. Struktur seperti ini baru dikenal luas dalam peradaban modern, namun Gor telah mempraktikkannya sejak ribuan tahun silam. Para arkeolog menyebut perencanaan kota ini sebagai bukti kemajuan pengetahuan arsitektur dan astronomi bangsa Persia kuno.

Dalam tata kota Gor, empat jalan utama terbentang lurus dari gerbang luar menuju pusat kota, membagi kawasan menjadi empat bagian yang simetris. Di titik pusat, berdiri bangunan monumental yang diyakini sebagai menara api (Atashkadeh)—tempat suci agama Zoroastrianisme—atau istana kerajaan Ardashir I, pendiri Kekaisaran Sassania.

Tak hanya unggul dari sisi teknis, tata kota Gor juga diyakini menyimpan makna kosmologis dan religius. Bentuk melingkar dan struktur radialnya menggambarkan pandangan dunia dalam ajaran Zoroaster: dunia sebagai kesatuan harmonis antara elemen bumi, air, api, dan udara yang terhubung secara sakral dengan pusat ilahi.

“Ini bukan hanya kota administratif atau militer, tapi sebuah pusat spiritual dan simbolik,” kata Dr. Parviz Rajabi, arkeolog Iran yang telah meneliti Gor selama dua dekade.

Kini, sisa-sisa kota Gor dapat ditemukan dalam bentuk tembok batu setinggi 10 meter, fondasi menara api, serta beberapa struktur megah lain seperti Istana Ardashir dan Qaleh Dokhtar—dua bangunan Sassania yang menjadi daya tarik utama wisatawan dan peneliti.

Istana Ardashir, yang terletak tidak jauh dari reruntuhan kota melingkar, mencerminkan gaya arsitektur monumental Sassania dengan kubah batu besar dan lorong panjang yang simetris. Sementara itu, Qaleh Dokhtar (Benteng Putri), yang berdiri megah di atas bukit, dipercaya dibangun oleh Ardashir sebagai pendahulu sebelum mendirikan istananya.

Potensi Wisata dan Warisan Dunia
Meski belum sepopuler Persepolis atau Pasargadae, Gor menawarkan pengalaman unik bagi para pelancong dan penikmat sejarah. Pemerintah Iran bersama UNESCO telah mengusulkan kota ini sebagai Warisan Dunia, untuk melindungi dan mempromosikan nilai-nilai arkeologisnya yang tak ternilai.

Namun, masih banyak tantangan dalam konservasi situs ini, mulai dari erosi alam, perambahan modern, hingga keterbatasan pendanaan. Banyak bagian kota yang belum diekskavasi sepenuhnya, menyimpan potensi penemuan penting yang bisa mengubah pemahaman kita tentang masa lalu Persia.

Gor bukan sekadar kota tua yang ditinggalkan waktu. Ia adalah simbol kebesaran dan kejernihan visi peradaban Persia, yang telah memadukan antara estetika, spiritualitas, dan fungsionalitas sejak ribuan tahun lalu. Kota ini membuktikan bahwa di tengah gurun tandus sekalipun, manusia mampu membangun pusat peradaban yang tak hanya bertahan secara fisik, tetapi juga menyentuh nilai-nilai abadi tentang tatanan, harmoni, dan kebijaksanaan.

Sebagaimana dikatakan sejarawan Iran, Prof. Shapur Shahbazi, “Gor adalah cermin masa lalu Persia yang bersinar dalam lingkaran sempurnanya, mengingatkan kita akan kejayaan yang pernah ada dan pelajaran yang masih relevan hingga kini.”

Berita Terkait