Menkomdigi Meutya Hafid memberikan keynote speech saat menghadiri Berita Satu Out Look 2025 di Hotel Westin, Jakarta Selatan, Kamis (30/01/2025). Anhar/Komdigi)
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes*
Semenjak kemarin (Sabtu, 01/02/25) saat Kompas menuliskan Apresiasi saya terhadap Menkomdigi yang berkomitmen membangun ekosistem digital AI (nasional.kompas.com/read/2025/02/01/17141171/komitmen-menkomdigi-bangun-ekosistem-digital-dan-ai-diapresiasi), Gadget dan SocMed saya tak henti-hentinya menerima notifikasi pesan masuk, baik yang berupa mendukung maupun yang mempertanyakan statemen tersebut. Bagaimana tidak, mereka memastikan saya yang biasanya sangat kritis (bahkan sadis, katanya) terhadap Kominfo yang saat ini jadi Komdigi, kok mendadak bisa “mengapresiasi”?
Apalagi publik tentu sangat ingat istilah (satire) saya untuk “Komdigi” yang sempat terucap November 2024 lalu, yakni “KOMunikasi juDI GIla” (www.tribunnews.com/amp/tribunners/2024/11/03/ambyar-komdigi-malah-jadi-komunikasi-judi-gila-bak-lawakan-darto-helm) dimana saat itu bahkan saya sebut “bak lawakan (alm) Darto Helm” yang sering menertawakan dirinya sendiri dalam lawakan-lawakannya silam, alias bukan karena Menkominfo sebelumnya mirip Almarhum. Istilah tersebut saya pakai karena Komdigi yang seharusnya menertibkan judi online malah jadi sarang kegiatan haram yang beromzet hingga 900 Trilyun akhir tahun lalu tersebut.
Kasus yang sempat jalan ditempat ini kabarnya segera akan berlanjut dan berani menetapkan TSK baru, dimana sosok yang akan diumumkan segera ini sebenarnya sudah lama ditunggu-tunggu “kenaikan statusya” oleh masyarakat, apalagi pasca dirinya tercyduk sedang meminta (perlindungan ?) ke junjungannya di Oslo minggu lalu. “Panik tingkat dewa” kalau kata Netizen mentertawakan sikapnya yang semakin runyam, apalagi “Partai PRO Judi Online” yang akan didirikannya pertengahan Desember 2024 hingga kini makin tak jelas nasibnya.
Jadi kembali kepada apresiasi yang diberikan kepada Menkomdigi Meutya Viada Hafid (MVH) beserta WaMen Nezar Patria (NP) dan Angga Raka Prabowo (ARP), meski nama ARP terakhir belum terlalu nampak kinerjanya dibanding NP, trio punggawa di Kantor kementerian Merdeka Barat ini setidaknya sudah memberikan secercah harapan bagi masyarakat, utamanya yang menunggu-nunggu gebrakan nyata dari kantor yang sudah berganti nama menyandang kata “digital” tersebut. Apalagi dalam Visi Presiden Prabowo Subianto di Asta Cita-nya yang berupaya mempercepat transformasi digital untuk mendukung kemandirian ekonomi, penguasaan teknologi dan pengembangan SDM unggul perlu dijabarkan dalam Misi yang nyata.
Jelasnya apa yg disampaikan MVH dalam Forum bertema “Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru” di Beritasatu Economic Outlook 2025, Kamis (30/01/25) minggu lalu memang tampaknya menjanjikan masa depan digital cerah menyongsong indonesia Emas 2045 yad. Namun sebaiknya sebelum menginplementasikan cita-cita idealis tersebut, ada baiknya apa yang selama ini sudah dilakukannya secara kritis terhadap mitra Komisi 1 yang dulu dikerjakannya (selaku Ketua Komisi 1 DPR-RI) sekarang diwujudkannya saat sudah mengemban amanah selaku Menkomdigi.
AI (Artificial Intelligent) hanya salahsatu kemajuan teknologi digital yang perlu mendapat perhatian serius, selain Big Data, I-o-T (Internet of Thing), Robotic dsb yang saling terkait, termasuk pemanfaatan Social media yang bagaikan Pisau bermata dua, sampai2 MVH sendiri kemarin juga sempat mengatakan akan mempertimbangkan pembatasan usia akses SocMed sebagaimana yang sudah dilakukan di beberapa negara dewasa ini. Namun saya tetap mengapresiasi Menkomdigi saat ini setidaknya lebih punya concern dibanding Menkominfo periode sebelumnya, karena sosok MVH sebenarnya sudah saya kenal lama semenjak bersama membawakan acara “e-Lifestyle” di MetroTV semenjak tahun 2000 silam dan bertahan sampai 2008, sebelum akhirnya saya menjadi Anggota DPR-RI Komisi-1 setahun sesudahnya.
Secara lebih jelas di era Menkominfo terakhir, Budi Arie Setiadi (BAS) kasus Judi Online marak luarbiasa besar dan bahkan disinyalir sudah hampir menyentuh ybs dalam penyidikan terakhir yang dilakukan Aparat hukum baru2 ini. 11-12 dengan kasus yang menjerat Menteri sebelumnya, Johnny Gerald Plate (JGP) yang terkena kasus BTS, dimana sejujurnya kalau kasus tersebut mau diungkap lebih transparan akan semakin banyak yang terlibat, termasuk masih banyak tokoh yang berasal dari Komdigi maupun DPR-RI saat ini. Semua tergantung kepada kejujuran dan keberanian aparat hukum menindaklanjutinya, apakah harus didorong juga dengan semangat “No Viral No Justice” ? Mengapa tidak ?
Belum lagi pengungkapan kasus Akun KasKus Fufufafa yang sangat Hatespeech, Rasis, Porno, Kampungan bahkan seharusnya sudah layak dijerat pemiliknya dengan berbagai UU yang tersedia di Indonesia, namun karena secara ilmiah 99,9% disinyalir terbukti terkait langsung dengan sosok kontroversial yang saat ini berkuasa, maka saat BAS masih jadi Menkominfo hingga MVH saat ini tidak ada yang berani mengungkapnya, padahal jelas kementeriannya memiliki teknologi dan sarana prasarana yang sangat memadai untuk melakukan itu.Ini termasuk catatan kritis saya dibalik Apresiasi sebelumnya.
Jadi sekalilagi meski saya tetap optimis Komdigi saat ini akan lebih baik dibanding Kominfo sebelumnya, namun apa yang dikatakan sesuai Asta Cita Presiden diatas perlu dibuktikan secara nyata dan bukan sekedar omon-omon saja. Buktikan bahwa potensi besar yang dimiliki indonesia dalam ekonomi digital, GMV yang mencapai USD90 Miliar pada 2024 kemarin bisa membawa kita menjadi pemain utama di Asia Tenggara. Saya setuju tahun 2025 ini bisa menjadi momentum penting dalam menyiapkan Indonesia menghadapi bonus demografi 2030, di mana 68% populasi berada dalam usia produktif itu, kalau benar penanganan setidaknya kasus Judi Online dan Fufufafa diatas.
Kesimpulannya, Komdigi tetap layak diapresiasi namun terus harus tetap dikritisi agar terus presisi dalam setiap langkahnya. Citra buruk BAS sebelumnya, bahkan Fufufafa yang menjadi sosok unFaedah membebani Presiden Prabowo Subianto selama ini segera harus diakhiri agar Indonesia tidak terjerumus dalam Indonesia cemas dan Indonesia lemas akibat tidak bisa mencapai indonesia Emas 2045. Sekalilagi sosok kontroversial Fufufafa yang terakhir malah memposting hal-hal alay di SocMednya justru makin menunjukkan ketidakmampuannya dengan sangat norak alias kampungan. Rakyat harus tetap semangat dan bergerak bahkan kalau perlu dengan “people power” mewujudkan Asta Cita tersebut …
*Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen