Kekerasan Separatis OPM, Distrik Kiwirok Terisolir: Warga Meninggal Dunia Kelaparan

adilnews | 10 October 2025, 16:17 pm | 160 views

MADIUN, ADILNEWS.COM – Seorang ibu rumah tangga, Ester Urpon, 35 tahun, warga Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan, meninggal dunia pada Rabu (08/10/2025). Korban meninggal dunia akibat kelaparan – akhirnya jatuh sakit – tanpa adanya upaya penanganan medis, lantaran gedung Puskesmas berikut berbagai macam obat-obatan di dalamnya telah musnah dibakar pemberontak bersenjata OPM beberapa hari sebelumnya.

Saat kejadian korban bersama puluhan warga lainnya sedang berada dalam pengungsian, di sebuah balai desa yang dianggap aman dari serangan OPM. Selain di balai desa tersebut, masih terdapat puluhan warga lainnya yang bersembunyi di lokasi lain, yang dianggap aman dari deteksi kawanan OPM. Namun begitu, saat ini, para pengungsi dibayang-bayangi ketakutan akan mengalami nasib sama menimpa dirinya, yakni kelaparan.

Wilayah yang ditinggali korban bersama sekitar 170 jiwa warga lainnya itu, hingga Jumat (10/10/2025), terisolir dari wilayah lain di Papua. Kondisi itu disebabkan terjadinya kekerasan dan perilaku bumi hangus yang dilakukan separatis bersenjata OPM, sampai akhir September lalu. Separatis bersenjata OPM bukan saja membakar fasilitas kesehatan, melainkan juga fasilitas umum lainnya. Bahkan, karena alasan keamanan, Bandara setempat ditutup sementara untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Hingga saat ini praktis wilayah tersebut lumpuh, lantaran tidak mendapat pasokan logistik, obat-obatan, pendidikan, transportasi dan akses lain yang menjadi kebutuhan dasar warga setempat.

Hal itu disampaikan Penerangan Satgas Koops Swasembada, Letda Inf Iqbal Fauzan, yang dikirim kepada adilnews.com, Jumat malam (10/10/2025). Dia menyertakan video berdurasi 01.32 detik, berisi tanggapan Leo Uopmabin, Gembala Jemaat Distrik Kiwirok, yang mengaku merasa tertekan akibat wilayahnya terisolir.

“Kami warga Kiwirok, yang karena ada konflik, maka kami berada di penampungan pengungsi. Di tempat kami mulai ada warga yang mengalami sakit diare, flu dan berbagai penyakit lainnya. Untuk itu kami memohon Pemerintah Daerah Pegunungan Bintang, TNI dan Polri, agar segera memberikan bantuan kepada kami. Baik bantuan logistik, obat-obatan maupun bantuan lainnya,” pinta Leo Uopmabin.

Siaran pers Pen Satgas Koops Swasembada, mencatat runtut berbagai kebiadaban yang dilakukan separatis bersenjata OPM. Kamis (25/09/2025) Bandara Kiwirok ditutup sementara dengan alasan keamanan, Sabtu (27/09/2025) gedung SDN Kiwirok dibakar OPM hingga berakibat terhentinya proses belajar mengajar, Senin (29/09/2025) Puskesmas Kiwirok dibakar OPM hingga terputus akses layanan kesehatan.

Kebengisan gerombolan OPM berlanjut pada Selasa (07/10/2025), dimana mereka membakar gedung SMPN Kiwirok hingga rata dengan tanah.

Terhitung dua pekan sejak ditutupnya Bandara Kiwirok, sampai pembakaran SMPN Kiwirok, praktis wilayah Kiwirok terisolir dan tidak mendapat pasokan logistik, obat-obatan serta kebutuhan lainnya. Disaat itulah Ester Urpon meninggal dunia karena kelaparan.

“Saat ini Kiwirok benar-benar terisolasi. Warga bahkan takut keluar rumah atau tempat pengungsian. Karena takut dicap sebagai mata-mata oleh kelompok OPM. Tidak ada sekolah, tidak ada layanan kesehatan, tidak ada akses transportasi dan lainnya. Warga hanya bisa bergantung dari pos-pos TNI/Polri,yang masih bertahan dengan persediaan makanan dan obat-obatan yang terbatas,” kata Letda Inf Iqbal Fauzan.

Saat ini Bupati Pegunungan Bintang, Spei Yan Bidana, tengah melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Dan segera mengambil langkah konkret untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan OPM, dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Kiwirok. (fin)

Berita Terkait