
YOGYAKARTA, ADILNEWS.COM – Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, tampak hadir dalam suasana penuh kehangatan dan kekeluargaan di acara reuni alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 1980 yang digelar di kampus Bulaksumur, Yogyakarta, Sabtu (26/7). Kehadiran Jokowi dalam balutan busana kasual dan senyum khasnya menjadi magnet utama dalam ajang temu kangen yang dihadiri ratusan alumni dari berbagai daerah.
Namun, yang menarik perhatian publik bukan hanya kemunculan mantan Presiden RI itu di tengah sahabat-sahabat lamanya, melainkan juga sinyal mencairnya kontroversi yang selama ini membayangi namanya: tuduhan penggunaan ijazah palsu semasa pencalonan presiden.
Acara reuni tersebut secara tidak langsung menjadi semacam “verifikasi sosial” atas jejak akademik Jokowi, sekaligus menjawab spekulasi dugaan acara reuni itu sebagai settingan belaka untuk membela Jokowi. Beberapa rekan seangkatannya secara terbuka menyampaikan kesaksian mereka kepada media.
Mustoha Iskandar, rekan Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM mengaku geram dengan tudingan bahwa teman-teman Jokowi adalah “settingan”. Mustoha juga meyakini keaslian ijazah Jokowi. “Asli pasti. Wong temen-temennya banyak masih hidup. Kita satu kelas semua,” kata Mustoha, Sabtu (27/7/2025).
Mulyono, teman satu angkatan Jokowi di UGM tahun 1980, juga membantah tudingan ijazah palsu tersebut.
Menurut Mulyono, Jokowi adalah mahasiswa berprestasi dan lulus lebih dulu dari dirinya pada tahun 1985, sementara Mulyono lulus pada tahun 1987.
Sejumlah dosen senior yang turut hadir juga membenarkan bahwa Jokowi memang pernah menjadi mahasiswa aktif dan tercatat lulus dari program sarjana Fakultas Kehutanan UGM. Bahkan, panitia reuni menampilkan sejumlah dokumentasi lama berupa foto, daftar nilai, hingga kliping koran lama yang memuat kegiatan mahasiswa saat itu.
Jokowi Bernostalgia
Dalam acara reuni tersebut, Jokowi sempat cerita- cerita bernostalgia dengan teman satu angkatannya. Di depan teman-temannya, Jokowi banyak cerita soal permasalahan dugaan ijazah palsu yang menjeratnya sarat muatan politis.
“Sekali lagi ini politik, bukan urusan asli dan tidak asli. Sudah tahu semuanya itu asli, tapi untuk kepentingan politik jadi terjadi hal seperti itu. Saya rasa itu saja yang ingin saya sampaikan. Saya nanti kayak curhat, tapi curhat ke teman-temannya boleh, kan?” kata Jokowi saat memberikan sambutan acara reuni di Fakultas Kehutanan UGM.
Jokowi menyebut salah satu kawan angkatannya yang menyebut acara reuni ini menjadi momen bernostalgia. Namun dia mengungkit kasus ijazah miliknya yang mengganjal momen menyenangkan itu.
“Tadi pak Arief menyampaikan soal nostalgia, saya lihat senang semuanya. Eh, jangan senang dulu lho. Karena ijazah saya masih diragukan. Hati-hati, nanti keputusan di pengadilan. Begitu keputusannya asli, Bapak-Ibu boleh senang. Tapi, begitu tidak, yang 88 juga semuanya palsu. Saya kadang geleng-geleng juga. Kita ini, aduh… kok pada nggak masuk logika. Tapi ya kejadiannya, peristiwanya, seperti yang kita lihat,” kata Jokowi.
Jokowi kemudian mencolek salah satu kawannya, Jambrung, yang sempat tak lulus berkali-kali di salah satu bidang studi. Dia berkelakar seharusnya Jambrung-lah yang patut dicurigai ijazah kelulusannya.
“Kita itu kuliah sulit-sulit, nggak tapi kalau saya lulus semua, lulus terus, lulus terus. Beda kalau teman baik saya Jambrong. Tadi ada nggak. Nah, kalau Pak Jambrung Sasono, seingat saya dulu matematika sampai empat kali,” kata Jokowi.
“Sini, Pak, sini, Pak. Dosennya Pak Daliyo seingat saya. Dulu berapa kali, Pak, matematika?” tanya Jokowi kepada Jambrung. “Delapan kali,” jawab Jambrung.
“Seingat saya dulu empat kali mengulang, tapi ternyata delapan kali,” balas Jokowi.
“Nah, kalau yang diragukan Pak Jambrung, itu boleh, matematikanya mengulang terus. Saya tuh nggak pernah mengulang. Padahal beliau ini pinter banget. Saya nggak tahu kok matematikanya sampai delapan kali (mengulang),” tambah Jokowi.
Jokowi menyebut tak hanya ijazah kampusnya yang dijadikan polemik, tetapi juga skripsi hingga kewajiban KKN-nya. Padahal, kata dia, kewajiban KKN-nya itu telah dijalaninya 40 tahun silam.
“Begitu ijazahnya sulit dicari-cari salahnya, belok ke skripsi, skripsinya juga palsu. Skripsi itu dosen pembimbing skripsi saya itu Prof Dr Ir Achmad Soemitro, kemudian waktu itu diuji oleh Ir P Burhanudin dan Pak Sofyan Warsito, Ir Sofyan Warsoto, diuji ada pengujinya. Diragukan lagi,” ujarnya.
“Skripsi diragukan, ganti lagi ke KKN. Ini dari ijazah lari ke skripsi, lari ke KKN. KKN-nya didatengi ke desanya. Wong kita juga KKN tapi ya kalau suruh nginget-inget kan sudah 40 tahun, 40-45 tahun yang lalu. Kita masuk 45 tahun yang lalu, lulus, kalau saya 85,” kata dia.
Kasus Hukum Masih Bergulir
Meski reuni ini seolah menjadi klarifikasi informal dan simbol rekonsiliasi publik, proses hukum terkait tuduhan ijazah palsu Jokowi belum sepenuhnya berakhir. Kasus pelaporan ijazah palsu oleh sejumlah pihak—yang dipelopori oleh mantan Menpora Roy Suryo, Rismon dan dr. Tifa —masih berproses di meja hijau.
Pada awal 2024, Roy Suryo dan beberapa tokoh publik sempat melayangkan somasi serta aduan ke Mahkamah Konstitusi dan Bareskrim Polri, menuding Jokowi menggunakan ijazah palsu saat maju dalam Pilpres 2014 dan 2019. Namun tudingan itu dibantah keras oleh pihak UGM dan Kementerian Pendidikan, yang menyatakan ijazah Jokowi sah dan dikeluarkan secara resmi.
Belakangan, justru Roy Suryo dan beberapa penggugat lainnya yang kini menghadapi tuntutan hukum balik qatas dugaan penyebaran berita bohong dan pencemaran nama baik. Pada Mei 2025, Kejaksaanj Agung menetapkan Roy Suryo sebagai tersangka, bersama tiga tokoh lainnya, dengan ancaman hukuman maksimal 6 tahun penjara berdasarkan UU ITE dan KUHP.
Pengacara Roy Suryo mengajukan pembelaan bahwa kliennya bertindak sebagai warga negara yang menggunakan hak kritik. Namun, aparat hukum menilai tindakan mereka melewati batas karena mengedarkan dokumen palsu dan membangun narasi yang meresahkan.
Beberapa analis politik menilai bahwa momen reuni ini bisa menjadi titik balik meredanya ketegangan seputar polemik ijazah Jokowi. Meski demikian, netizen masih terpecah antara yang menerima kenyataan bahwa tuduhan itu tidak berdasar, dan mereka yang bersikukuh bahwa polemik ini belum selesai secara hukum maupun moral.
Namun yang jelas, Jokowi tampak enggan menanggapi secara frontal. Ia memilih tersenyum, berswafoto dengan kawan lama, dan sesekali bercanda soal masa-masa kuliah yang penuh kenangan.
“Dulu saya paling sering ikut kerja bakti dan tanam pohon. Eh, sekarang pohon yang saya tanam malah ditebang. Tapi ya sudah, yang penting kita semua tetap guyub,” canda Jokowi, disambut tawa hadirin.
Reuni itu pun ditutup dengan penanaman pohon simbolis oleh para alumni, termasuk Jokowi, sebagai pengingat masa lalu dan harapan untuk masa depan yang lebih rukun.