Tiga Tahun Yayasan WR Soepratman, Meniti Jalan Merajut Bangsa

adilnews | 27 May 2024, 16:40 pm | 308 views

JAKARTA- Memasuki usia ke-3 tahun, Yayasan Wage Rudolf Soepratman mulai eksis dalam merealisasikan visinya: Merajut Bangsa, melalui berbagai kegiatan Seni dan budaya nusantara dan kegiatan lainnya. Meski Yayasa dibentuk pada 27 Mei 2021, namun kegiatan dan perjuangan keluarga besar WR Soepratman sudah dimulai jauh sebelum itu.

“Kami sudah mulai dengan memperjuangkan Hari Musik Nasional tanggal 9 Maret yang merujuk sesuai tanggal kelahiran Sang Maestro Musik Indonesia Almarhum WR. Soepratman, hingga memperjuangkan pendaftaran Hak kekayaan Intelektual / Hak Cipta lagu-lagu ciptaan WR Soepratman, termasuk juga memperjuangkan terwujudnya Museum Cagar Budaya WR Soepratman di Surabaya,” jelas Budi Harry, Ketua Umum Yayasan WR Soepratman dalam acara Syukuran Milad ke-3 di Senayan, Jakarta pada Senin, 27 Mei 2024.

Setelah terbentuknya Yayasan, mereka juga berhasil meluncurkan Album Perdana Lagu-lagu Ciptaan WR Soepratman yang dibawakan oleh cicit buyutnya: Antea Putri Turk, yang berisi 12 (duabelas) lagu: Indonesia Raya 3 Stanza, Indonesia Tjantik, Dari Barat Sampai ke Timur, Indonesia Hai Ibuku, Mars KBI Kepanduan Bangsa Indonesia, Ibu Kita Kartini, Di Timur Matahari, Pahlawan Merdeka, Mars Parindra, Mars Suryawirawan, Matahari Terbit, Selamat Tinggal.

Lebih lanjut, Budi Harry mengatakan inisiasi berdirinya Yayasan Wage Rudolf Soepratman, sebagai wadah untuk melindungi semua asset dan hasil karya dari maestro WR Soepratman dari pihak pihak yang akan memanfaatkan nama besar WR Soepratman, dan sekaligus melestarikan hasil karya beliau dalam program edukasi dan awareness bagi generasi penerus, mengingat saat ini pengetahuan sejarah tentang Indonesia termasuk sejarah para founding father Indonesia sangat minim di kalangan generasi muda.

Yayasan WR Soepratman juga diharapkan berdiri sebagai garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya dalam upaya menanamkan serya mempertahankan nasionalisme dan patriotisme pada genersi muda, agar Indonesia tidak berubah menjadi bukan Indonesia.

“Karena kalau kita runut pada sejarah 1928, saat Kongres Pemuda II, dimana pertama kalinya lagu Indonesia Raya diperdengarkan dengan alunan Biola WR Soepratman, maka sosok Wage Rudolf Soepratman adalah Pahlawan Nasional, Sang Maestro Musik, Pencipta Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”, Lagu yang merupakan perwujudan semangat persatuan dan kemerdekaan yang berjuang dengan menyerap nada-nada kebebasan. Dan nengeluarkan degup bada kemerdekaan bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Merubah Irama arah dan jalan oerjuangan menjadi amanah kemerdekaan Indonesia, nada dan irama biolanya berhasil menggempur penjajah… Nada dan irama biolanya berhasil menjadi penerang menuju kemerdekaan sejati. Nada dan lagu yang lahir dari pancaran nurani itulah yang telah mengalirkan dan mengantarkan cinta dan bakti oejuang negeri meniti gerbang kemerdekaan….,” tutur Budi Harry.

kok

Budi Harry juga berharap dengan usianya yang masih sangat muda ini, eksistensi Yayasan WR Soepratman akan dapat bersinergi lintas sektor, terutama dengan Kelompok Keluarga Besar Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) serta dengan Kementerian dan lembaga terkait lainnya dapat lebih cepat membangun dan membangkitkan rasa bangga, nasionalisme dan patriotisme pada generasi penerus bangsa sebagai penjaga NKRI. “Semoga Sinergitas ini dapat terus terjalin,” ujar Budi Harry.

Sementara itu, Ketua Harian Yayasan WR Soepratman dr. Dario Turk berharap pemerintah lebih mengapresiasi WR Soepratman dan karya-karyanya. Ia berharap biola WR Soepratman yang disimpan di museum Sumpah Pemuda di Jakarta dirawat dengan baik oleh pemerintah. “Bukan disimpan di gudang, atau dirawat oleh petugas yang berganti-ganti yang tidak secara khusus memiliki keahlian merawat biola. Kami minta biola itu direstorasi oleh seorang pakar entah dari Belanda atau Jerman. Kami juga ingin biola itu disimpan disamping bendera Sang Saka Merah Putih. Karena biola itu satu-satunya peninggalan WR Soepratman,” tutur cicit menantu keluarga WR Soepratman ini kepada ADIL News.

Selain itu, Dario Turk juga miris kurangnya perhatian pemerintah dalam mengapresiasi WR Soepratman “Khususnya di Jakarta. Tidak ada cagar budaya, prasasti atau monumen sama sekali misalnya di tempat beliau lahir, banyak orang Jakarta yang tidak tahu beliau lahir di Jatinegara. Bahkan di Jakarta tidak ada jalan WR Soepratman, adanya di Tangerang Selatan, bukan di Jakarta. Itu sedih sekali. Mestinya di Monas bisa dibangun Taman WR Soepratman dengan patung dan air mancur disitu,” ujar suami Endang Wahyuningsih Josoprawiro yang merupakan ibu Antea Putri Turk ini.

Acara syukuran Milad ke-3 Yayasan WR Soepratman dilangsungkan secara sederhana, dan dihadiri oleh keluarga besar WR Soepratman, para kolega serta sejumlah tokoh dan pejabat daerah seperti anggota DPR RI Effendi Simbolon, Sekretaris Otoritas IKN Dr. Achmad Jaka Santos Adiwijaya S.H., LLM, Kepala Kesbangpol DKI Jakarta Taufan Bakri, dan lain-lain. Syukuran diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh keluarga besar WR Soepratman dan penandatangan Surat Kuasa dari kakak adik dan ahli waris keluarga WR Soepratman kepada Budi Harry untuk mewakili mereka dalam organisasi Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI). (Risma)

Berita Terkait