
INGRIS, ADILNEWS.COM- — Seorang miliarder asal India, Sunjay Kapoor, yang selama ini dikenal sebagai pewaris salah satu kerajaan bisnis otomotif terbesar di anak benua India, tutup usia dengan cara yang nyaris tak terbayangkan: tersengat seekor lebah. Dalam waktu hanya beberapa menit, hidup pria berusia 54 tahun ini berakhir di tengah lapangan polo paling bergengsi di dunia, Guards Polo Club, Windsor, Inggris, di mana para bangsawan dan jutawan biasanya berbaur dalam suasana prestisius.
Kabar kematian Sunjay Kapoor sontak mengguncang kalangan bisnis, sosialita, dan masyarakat India. Betapa tidak? Seorang pria yang memiliki segalanya—akses ke pengobatan paling mutakhir, teknologi tercanggih, makanan terbaik, jet pribadi, bahkan klub-klub elite kelas dunia—ternyata tak mampu menghindar dari maut yang datang melalui makhluk kecil bernama lebah.
Siapa Sunjay Kapoor?
Bagi banyak orang di India, nama Sunjay Kapoor bukan nama asing. Ia adalah keturunan keluarga Kapoor yang memiliki jaringan bisnis manufaktur peralatan otomotif terbesar di India, sebuah konglomerasi bernilai miliaran dolar AS. Sunjay sempat mengelola sejumlah anak usaha penting dalam bidang suku cadang otomotif, teknologi kendaraan, hingga ekspansi ke sektor properti mewah.
Selain soal bisnis, kehidupannya juga sering menjadi santapan media India karena hubungannya dengan bintang Bollywood Karisma Kapoor. Pernikahan mereka yang terjalin selama 13 tahun menjadi salah satu kisah rumah tangga selebriti paling banyak disorot di awal 2000-an, dan sempat menghadirkan dua orang anak. Setelah bercerai, Sunjay menikah lagi dan dikaruniai seorang anak yang masih kecil.
Harta, tahta, dan wanita. Seolah Sunjay sudah meraih tiga mahkota kehidupan duniawi. Mobil mewah, hunian megah, liburan eksotis ke penjuru dunia, semua menjadi menu hariannya. Kehidupan yang di mata publik terlihat sempurna, sukses, dan membanggakan.
Namun seperti pepatah lama, manusia merencanakan, Tuhan menentukan.
Kronologi Kematian yang Mengejutkan
Hari itu, 12 Juni 2025, cuaca di Windsor cukup cerah, mendukung suasana pertandingan polo di Guards Polo Club. Lokasi ini memang bukan sembarang tempat — berada di kawasan Windsor Great Park, hanya sepelemparan batu dari Windsor Castle, kediaman resmi keluarga Kerajaan Inggris. Di sanalah para bangsawan, konglomerat, dan selebriti dunia rutin berkumpul.
Menurut saksi, Sunjay Kapoor tengah bermain di babak kedua pertandingan ketika ia tiba-tiba terlihat menepuk-nepuk tenggorokannya. Rekan satu timnya mendengar ia sempat berteriak, “Saya merasa menelan sesuatu!” sebelum terhuyung dan jatuh dari kudanya.
Diduga seekor lebah masuk ke mulutnya lalu menyengat bagian dalam tenggorokan. Sengatan itu langsung memicu anafilaksis shock, yaitu reaksi alergi ekstrem yang menyebabkan saluran napas tertutup dan jantung berhenti berdetak.
Hitungan satu hingga dua menit saja cukup untuk merenggut nyawanya. Tim medis lapangan berupaya melakukan CPR secepat mungkin, namun tidak berhasil memulihkan denyut nadinya. Sunjay dinyatakan meninggal dunia di lokasi, bahkan sebelum ambulans darurat sempat tiba.
Ironisnya, hanya beberapa jam sebelumnya Sunjay sempat mengunggah pesan belasungkawa untuk korban jatuhnya pesawat Air India di media sosial pribadinya. Beberapa jam kemudian, dunia justru berbalik menyampaikan duka untuknya.
Dunia Kehilangan, Keluarga Berduka
Kematian Sunjay Kapoor yang mendadak menorehkan luka mendalam, terutama bagi keluarga besarnya dan ketiga anaknya yang masih membutuhkan sosok ayah. Dalam wawancara dengan televisi India, salah satu anggota keluarga menyebut bahwa Sunjay selalu berusaha menjaga kesehatan dan rutin melakukan cek kesehatan premium di London.
“Ini sungguh mengejutkan. Dia tidak sakit apa-apa, sehat, aktif, dan sangat enerjik. Kami tidak pernah membayangkan lebah bisa membunuhnya,” ujar seorang kerabat.
Sunjay sendiri dikenal figur karismatik di dunia bisnis, dengan jejaring internasional yang luas. Ia sering diundang dalam forum-forum otomotif dan konferensi investasi lintas benua, termasuk menjadi pembicara di World Economic Forum di Davos, Swiss.
Pernikahannya dengan Karisma Kapoor sempat menjadi simbol power couple India pada awal dekade 2000-an, meski kemudian kandas. Dua anak dari pernikahan tersebut kabarnya kini tinggal di Mumbai bersama sang ibu, sementara anak ketiganya dari istri kedua masih berusia 6 tahun.
Pelajaran dari Maut yang Tak Terduga
Kisah Sunjay Kapoor mengingatkan kita pada satu kenyataan pahit: kematian tidak pernah menunggu orang kaya menyelesaikan pertemuan bisnisnya. Tidak menunggu orang miskin menuntaskan perjuangannya. Tidak menunggu anak-anak kita dewasa.
Kematian bisa datang tiba-tiba, melalui cara-cara tak terduga — seekor nyamuk yang menewaskan Raja Namrud dalam cerita agama, atau seekor lebah yang merenggut nyawa Sunjay Kapoor di puncak kejayaannya.
Sungguh ironis bahwa seorang miliarder dengan kekuatan finansial untuk menyewa dokter terbaik di dunia ternyata tidak sempat diselamatkan, hanya karena tidak ada cukup waktu dalam hitungan menit. Bahkan tim medis yang berpengalaman tidak mampu melawan kecepatan racun yang menyerang organ vitalnya.
Beberapa pakar alergi menyebut bahwa anafilaksis akibat sengatan lebah memang bisa mematikan dalam tempo sangat singkat, terutama bila sengatan terjadi di area tenggorokan atau mulut. Racun lebah akan memicu penyempitan saluran napas, penurunan tekanan darah drastis, hingga serangan jantung. Ini adalah kondisi darurat medis yang butuh injeksi epinefrin dalam hitungan detik, bukan menit.
Sayangnya, tak seorang pun menyangka Sunjay Kapoor — yang tampak bugar, bersemangat, dan penuh vitalitas — harus bertarung dengan maut secepat itu.
Refleksi untuk Kita yang Masih Hidup
Pada akhirnya, kabar wafatnya Sunjay Kapoor bukan hanya sekadar berita duka seorang miliarder tersohor. Ia adalah pengingat untuk kita semua: hidup ini rapuh.
Kita yang masih hidup, sering kali menunda-nunda, beranggapan bahwa waktu masih panjang. Menunggu anak dewasa, menunggu utang lunas, menunggu karier mapan, menunggu kaya raya. Padahal tak ada jaminan kita akan bertahan sedetik pun lebih lama.
Seperti lebah yang datang tanpa permisi, kematian bisa mengetuk kapan saja, di mana saja, bahkan di tengah momen prestisius di lapangan polo kerajaan.
Pesan Sunjay Kapoor, meski tak diucapkannya secara langsung, seolah menyiratkan:
Kematian tidak menunggu orang kaya selesai meeting.
Kematian tidak menunggu orang miskin berhenti berjuang.
Kematian tidak menunggu anak menjadi dewasa.
Kadang ia datang lewat sesuatu yang tak kita duga, sekecil nyamuk atau seekor lebah.
Hari ini kita membaca nama Sunjay Kapoor di kolom berita duka, padahal kemarin kita membaca namanya di daftar orang terkaya India. Begitu cepat peran manusia berganti.
Dan karena itulah, mungkin kita perlu berhenti sejenak — menarik napas, mensyukuri waktu yang masih kita punya, dan menata ulang prioritas hidup. Karena tak seorang pun di antara kita tahu, kapan dan bagaimana akhir perjalanan ini datang menjemput. (Atika/ London)