SERANGAN AS KE FASILITAS NUKLIR IRAN PICU ANCAMAN BALASAN

adilnews | 22 June 2025, 07:34 am | 299 views

Teheran, 22 Juni 2025 — Krisis geopolitik antara Iran, Israel dan Amerika Serikat memasuki babak baru yang lebih mengkhawatirkan. Setelah serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Sabtu malam, 21 Juji 2025, Teheran kini mengeluarkan pernyataan keras yang menyebut setiap warga negara AS sebagai target sah.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam laporan utama oleh Mehr News Agency, media yang dikenal dekat dengan pemerintah Iran. Dalam artikelnya, Mehr menyebut bahwa langkah Washington menyerang fasilitas nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan merupakan “tindakan agresi terang-terangan terhadap kedaulatan Republik Islam Iran” yang tidak akan dibiarkan tanpa balasan.

“Jika Amerika Serikat memilih jalur perang terbuka, maka tidak akan ada tempat yang aman bagi warga mereka — baik sipil maupun militer — di manapun mereka berada,” tulis Mehr.

Serangan Udara AS dan Motifnya
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa serangan udara tersebut dilancarkan sebagai langkah pencegahan terhadap program nuklir Iran, yang menurut pihak Washington telah melanggar batas-batas pengayaan uranium berdasarkan perjanjian internasional sebelumnya.

Pentagon menyebut operasi ini sebagai “serangan terbatas namun presisi tinggi” yang ditujukan untuk mencegah Iran mencapai kemampuan nuklir militer. Tiga lokasi yang menjadi sasaran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—merupakan fasilitas strategis dalam rantai produksi bahan nuklir Iran.

Namun Iran membantah tuduhan tersebut, dan menyatakan bahwa semua aktivitas nuklirnya adalah untuk keperluan damai serta berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Ancaman Balasan dan Risiko Global
Sebagai respon atas serangan itu, pemerintah Iran melalui beberapa tokoh militer senior menyatakan bahwa “seluruh warga Amerika kini harus dianggap sebagai bagian dari sistem agresi AS” dan “tidak lagi dibedakan antara tentara dan warga sipil”.

Laporan Mehr menambahkan bahwa militer Iran dan pasukan proksi yang berada di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman sedang mempersiapkan skenario balasan terbuka terhadap kepentingan AS dan sekutunya.

Beberapa pengamat keamanan internasional menyatakan keprihatinan mendalam atas retorika tersebut. Mereka mengingatkan bahwa pernyataan tersebut dapat mendorong serangan teroris terhadap warga sipil Amerika di luar negeri, serta memperkeruh stabilitas kawasan Timur Tengah.

Respons Dunia dan Mediasi Internasional
Belum ada tanggapan resmi dari Gedung Putih terhadap laporan dari Mehr News ini. Namun beberapa negara, termasuk Jerman, Swiss, dan Qatar, menyerukan deeskalasi segera dan mengusulkan pembentukan forum darurat di Dewan Keamanan PBB.

Sementara itu, pasukan militer AS di Irak dan Teluk Persia dilaporkan berada dalam siaga penuh. Peningkatan pengamanan juga dilakukan di sejumlah kedutaan besar AS, termasuk di Ankara, Abu Dhabi, dan Jakarta.

Pakar hubungan internasional dari Universitas Teheran, Dr. Hossein Jalali, dalam wawancara dengan Al-Mayadeen menyebut bahwa “serangan Amerika telah membuka kotak Pandora,” dan bahwa Iran kemungkinan akan menggunakan “semua aset non-konvensionalnya” untuk merespons dalam jangka panjang.

Dengan pernyataan resmi media pemerintah Iran bahwa seluruh warga AS kini dianggap sebagai target sah, dunia menghadapi ancaman eskalasi yang tidak hanya militer tetapi juga bersifat terorisme lintas negara.

Jika tidak ada langkah diplomatik tegas dan cepat dari komunitas internasional, serangan 21 Juni bisa menjadi titik balik yang menyeret kawasan dan dunia ke dalam konflik terbuka yang lebih luas. (Kalamwadi)

Berita Terkait