Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes*
Jagat (beneran) Indonesia heboh, karena hari-hari ini marak para “Pemburu Harta” berupa Koin Jagat dibeberapa lokasi di berbagai kota besar Indonesia, mulai dari Kawasan GBK (Gelora Bung Karno) Jakarta, Taman Pahlawan dan Taman Bungkul Surabaya, Alun-alun Bandung dsb. Masalahnya adalah mereka tidak sekedar mencari Koin yang tampak, tetapi bahkan mengawut-awut (baca: mengaduk-aduk, merusak) lingkungan, seperti membongkar Paving Blok, Memindah Batu dan Tanaman di Taman, bahkan membongkar Penutup Selokan sampai masuk Gorong-gorong.
Aktivitas terakhir (masuk Gorong-goring) sangat lekat engingatkan kita pada aksi kontroversial (baca: Pencitraan) yang pernah dilakukan Gubernur DKI JokoWi pada hari Jumat 26/10/12 silam. Berbaju Batik Biru PNS, mantan Walikota Solo yang barusan dilantik jadi Orang nomor satu di Jakarta saat itu (sok belagak) masuk saluran air diseputaran Thamrin untuk “mengecheck” (?) lebar saluran. Sontak mayoritas media yang belum sadar Aksi “Glembuk Solo” saat itu memberitakan dengan haboh, jadi trending topic bahkan “legend” sampai sekarang.
Kali ini banyak orang melakukan aksi kontroversial serupa tapi tak sama dengan Aksi bak sosok “Antareja” dalam Dunia Pewayangan yang dikenal bisa “amblas bumi” alias masuk ke dalam tanah itu. Lucunya dalam realita kehidupan selanjutnya, bukan sosok “Antareja” yang lebih melekatnya, tetapi “Petruk”. Apalagi kemudian populer dengan sebutan “Petruk dadi Ratu” (= Petruk mendadak jadi Raja) yang melakukan banyak kekonyolan dan merusak Dunia Pewayangan setelah dikenal sebagai Prabu Kantong Bolong alias Wek Geduwelbeh.
Kita memang tidak membahas Cerita Wayang yang merupakan kearifan lokal asli Bangsa Indonesia tersebut, namun setidaknya babad / cerita yang sempat ditulis oleh para Pujangga, Filsuf, Seniman dan Budayawan di masa lalu itupun terasa menjadi kebenaran di ratusan bahkan ribuan tahun sesudahnya sekarang. Lihat saja sosok “Ratu Petruk” alias Prabu Kantong Bolong dalam cerita Wayang, dalam Jagat sebenarnya ternyata ada yang pernah cerita bahwa di Kantong Kanannya ada 11 ribu Trilyun, belum di kantong kirinya (katanya). Ternyata itu semua -mirip di cerita wayang- “mak gedebus” alias HoaX saja belaka, bahkan faktanya justru Hutang yang mencapai hampir angka tersebut.
Oleh karenanya ketika sekarangJagat Indonesia kembali dihebohkan dengan game berupa Aplikasi yang bisa diunduh melalui AppStore (iPhone) ataupun PlayStore (Android) berbentuk “Treasure Hunt” alias Pemburu Harta berupa Koin, tak pelak langsung menjadi Viral dan digemari di seantero negeri. Kita tidak perlu bahas lagi mengapa fenomena ini terjadi, sudah ditulis alasan sosial-ekonomi sekaligus teknisnya pada tulisan sebelumnya kemarin (“Waspada, Ini bahaya Aplikasi Koin Jagat yang lagi Viral”), karena disana sudah lengkap termasuk Nama Perusahaan Jagat Technology Pte Ltd, 2 inisiatornya (Barry Beagen dan Loy Xing Zhe) dan alasan mengapa KomDigi harus gercep segera mengantisipasinya.
Lucunya banyak media mainstream yang kemudian juga mengkaitkan antara perusahaan swasta di Singapore yang memang salahsatu inisiatornya adalah Orang Indonesia tersebut dengan nama Perusahaan yang diresmikan langsung oleh Presiden (saat itu, yang de jure sudah lengser sekarang, namun de facto -kata Netizen- masih terus berlagak seperti orang “Post power syndrome”) pada tanggal 28/10/22 di Teater Djakarta. Beberapa media arus utama tersebut diantaranya adalah Tempo: www.tempo.co/ekonomi/aplikasi-jagat-yang-bikin-heboh-karena-perburuan-koin-diresmikan-jokowi-pada-2022-1194753 dan Kumparan: m.kumparan.com/kumparannews/ternyata-aplikasi-yang-cari-koin-di-taman-itu-diresmikan-jokowi-24IoSuUyF6D
Dua media besar ini secara lantang menulis “Aplikasi Jagat yang Bikin Heboh karena Perburuan Koin, Diresmikan Jokowi pada 2022” (Tempo) sementara satunya “Ternyata Aplikasi yang Cari Koin di Taman itu Diresmikan Jokowi” (Kunparan). Namun sebenarnya jika kita telaah lebih lanjut, memang terdapat kata “Jagat” (berarti Dunia) yang sama-sama digunakan sebagai nama Aplikasi , namun yang diresmikan di Djakarta Theater pada saat Peringatan 94 tahun Hari Sumpah Pemuda yang didampingi Menparekraf saat itu Wishnutama Kusubandio, adalah Aplikasi berbasis Metaverse guna mendukung IKN (Ibu Kota Nusantara) yang kini mulai tak jelas nasibnya.
Jadi apakah antara perusahaan swasta “Jagat Technology Pte Ltd” yang dimulai akhir tahun 2021 dan “Jagat Nusantara” yang diresmikan seorang Presiden Republik Indonesia pada saat itu adalah sebuah kesinambungan? Kalau benar begitu maka tidak salahlah jika masyatakat atau setidaknya media mainstream diatas sama saja turut menuding bahwa orang yang meresmikan Aplikasi tersebut patut dimintai tanggungjawab atas ekses negatif akibat kemudharatan yang sangat kental, dibanding azas manfaat, dari Aplikasi Koin Jagat ini. Saya sendiri tidak berharap hal tersebut benar terjadi, namun mungkin saja penelusuran para awak media (tentu juga ditambah “BIN” alias “Badan Intelijen Netizen” biasanya lebih cermat menemukan fakta dibalik peristiwanya.
Hal ini mirip dengan saat Presiden JokoWi juga pernah meresmkan SEA Labs Indonesia di Gedung Pacific Century Place SCBD, Jakarta, pada Selasa 01/03/22 dulu, dimana Presiden bahkan menginginkan agar Indonesia menjadi pemain dalam ekonomi digital. Bila ditelaah SEA Labs ini adalah milik SEA Limited Singapore yang dimiliki oleh Gang Ye, pemilik Pesawat Private Jet Gulfstream G-650ER No registrasi N-588SE yang sering bolak-balik di-“nebeng”-i oleh Anaknya, Kaesang Pangarep (KP) dan Menantunya, Irene Gudono (IG) bahkan sampai ke Amerika dan konyolnya lolos Gratifikasi KPK itu. Gang Ye ini juga pemilik Perusahaan “FreeFire” yang mensponsori Hadiah mobil saat Kompetisi Game pencalonan Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka (GRR), tahun 2020 silam.
Kesimpulannya, Apakah Dinasti keluarga asal kota Solo ini kembali memiliki keterkaitan bisnis (yang sebenarnya layak disebut sebagai “trading in influence” yang bisa jadi Obyek KPK) dengan Perusahaan “Jagat Technology” sebagaimana layaknya yang jelas-jelas terkait dengan SEA Limited Singapore milik Gang Ye waktu itu yang kerap melakukan Gratifikasi dengan GRR, KP, EG dsb? Ataukah sekedar hanya -kebetulan- sama nama menggunakan “Jagat” saja? Wallahualam. Tetapi yang jelas Aplikasi Koin Jagat ini harus ditertibkan oleh KomDigi, jangan malah dibela gara-gara kini memiliki seorang BuzserRp Laknat dan Kampungan (“Kurawa”, sekelas “Fufufafa”) yang kerap menghina Presiden Prabowo menjadi salahsatu StafSusnya … Terlalu.
*Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Multimedia, Telematika, AI & OCB Independen